Surabaya (pilar.id) – Sebagai bentuk komitmen Indonesia selaku pemegang Presidensi Goverment of Twenty (G20) yang juga akan jadi tuan rumah dari gelaran Konferensi Tingkat Tinggi G20, Pemerintah telah menyiapkan berbagai fasilitas, sarana, dan prasarana pengembangan kendaraan listrik.
Hal tersebut dalam rangka menunjukkan keseriusan Indonesia dalam melakukan transisi energi yang lebih ramah lingkungan dan minim karbon. Salah satunya, Pemerintah Indonesia juga telah menyiapkan puluhan bus listrik yang nanti akan digunakan sebagai alat transportasi di gelaran KTT G20.
Nantinya, usai gelaran KTTY G20 yang berlangsung di Bali, bus listrik tersebut akan diberikan kepada beberapa daerah sebagai bantuan pengembangan transportasi di lingkungan masing-masing. Salah satu yang mendapatkan bantuan sebanyak 30 unit bus listrik nantinya adalah Kota Surabaya.
Pemberian bantuan dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) tersebut, telah dikonfirmasi oleh Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Surabaya, Tunjung Iswandaru. Menurutnya, realisasi pemberian bantuan tersebut akan dilakukan pada tahun 2023 nanti.
“Bus listrik nanti menunggu KTT G-20. Konsepnya sama dengan Bus Trans Semanggi. Nantinya bus tersebut ada charger station-nya,” di Surabaya, Kamis (3/11/2022).
Menurut dia, tidak ada anggaran untuk perawatan bus karena semuanya dari Kemenhub. “Kami juga tidak bangun apa-apa, cuma dapat layanan bus itu,” ujar Tunjung.
Begitu juga untuk besaran tarif bus listrik, lanjut dia, nantinya yang mengatur dari pihak Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Sedangkan untuk rutenya, Tunjung mengatakan, pihaknya belum bisa menjelaskan karena saat ini masih dalam pengkajian pihak Kemenhub.
“Untuk rute beda-beda. Nantikan lebih banyak pelayanannya,” kata dia.
Anggota Komisi C DPRD Surabaya William Wirakusuma sebelumnya mengatakan, pihaknya mengapresiasi langkah pemkot meningkatkan pelayanan transportasi melalui rencana penyediaan feeder atau angkutan pengumpan Suroboyo Bus bisa masuk ke pemukiman warga untuk memperkuat layanan.
“Dengan tersedianya 36 unit angkutan pengumpan ini merupakan solusi dari masalah kesulitan warga menjangkau rute Suroboyo Bus,” kata William.
Menurut dia, jumlah penumpang Suroboyo Bus cenderung meningkat dan lebih besar dibanding sebelum pandemi COVID-19. Data terakhir jumlah penumpang Suroboyo Bus meningkat hingga 120.000 penumpang setiap bulan.
“Namun hal ini tidak diiringi dengan peningkatan jumlah pengguna angkutan umum lainnya di Surabaya,” kata dia.
Legislator ini kemudian mengusulkan agar angkutan pengumpan ini harus beroperasi dari perkampungan/pemukiman ke jalur utama Suroboyo Bus. (fat)