Jakarta (www.pilar.id) – Tahu permainan Monopoli kan? Ya, papan permainan dengan petak melingkar, idealnya melibatkan empat pemain, yang kehadirannya menyodorkan gagasan sederhana ; siapa menguasai setiap petak bakal keluar sebagai juara. Inilah Monopoli.
Sejak 1980-an hingga kini, Monopoli dikenal sebagai permainan yang sangat populer. Tidak hanya di kota besar, tapi juga di kota-kota kecil di dunia, termasuk Indonesia.
Cara bermainnya sederhana. Setiap pemain punya kesempatan melakukan perjalanan berdasar jumlah dot di dadu. Sekali lempar, sekali perjalanan. Kita akan melewati petak-petak lalu mulai mengumpulkan kekakayaan dan menguasai kota, stasiun, hotel, dan masih banyak lagi.
Seiring waktu, Monopoli menyodorkan banyak versi. Di Indonesia, kekuatan ekonomi dibangun dengan menguasai kota strategis, perusahaan air minum, stasiun, dan seterusnya.
Bertahun-tahun silam, jauh sebelum Monopoli, ada permainan serupa. Salah satu yang populer saat itu adalah The Landlord’s Game yang diciptakan oleh Elizabeth Magie. Board game ini, konon, dibuat sebagai cara Magie untuk membuat sindiran pada para tuan tanah.
Magie membuat aturan untuk mengenalkan tradisi memperkaya diri dan membuat bangkrut orang lain, khas cara berpikir tuan tanah dan saudagar kaya pada saat itu. Maklum, saat Magie memperkenalkan Landlord’s Game pada tahun 1904, kesenjangan sosial masih tumbuh menjadi pemakluman. Dengan banyak cara, orang kaya akan membuat mereka makin kaya. Sementara kelompok miskin sebaliknya.
Enam tahun kemudian, The Economic Game Company di New York mengantongi lisensi permainan ini dan menjualnya secara luas. Di Inggris, hak permainan ini dikantongi oleh The Newbie Game Company di London. Dengan leluasa, perusahaan ini memproduksi The Landlord’s Game dengan nama Brer Fox an’ Brer Rabbit pada tahun 2013.
Beberapa orang, kelompok kaya tentu saja, mulai keranjingan pada board game yang sejatinya dibuat untuk menyindir mereka. Keberadaan permainan lomba cepat kaya ini berkembang dari mulut ke mulut, jadi bahan pembicaraan seru dari pesta ke pesta.
Sejumlah rumah produksi sederhana tak mau kalah mengadu peluang. Lalu munculah Auction Monopoly, kemudian lebih dikenal sebagai Monopoly, yang kemudian dipelajari Charles Darrow dan dipatenkan. Karena sesuatu hal, ia kemudian menjual Monopoly pada Parker Brothers.
Parker kemudian mulai memproduksi permainan ini secara luas pada 5 November 1935, 31 tahun setelah Landlord’s Game dikenalkan Magie.
Masa gemilang Monopoly di pabrik Parker Brothers sesungguhnya tak berumur lama. Karena saat bersamaan, produksi Monopoly juga marak dilakukan pabrikan yang lain, baik pabrik besar atau kecil.
Perusahaan produsen mainan dari Massachusetts, Amerika Serikat ini lalu menjadikan Monopoly sebagai produk non prioritas. Karena beberapa tahun sesudahnya, Parker Brothers keasyikan memproduksi yang lain.
Sejarah tak terlalu mengenalnya sebagai produsen Monopoly. Tapi sebagai produsen Focus pada tahun 1960-an, Diplomacy (1978) bersama Allan B. Calhamer, Der fliegende Holländer (1992), Tal der Abenteuer (2006), Le Ouija, dan Le Château Lafortune.
Monopoly pada dasarnya gagasan yang berhenti di permainan itu sendiri. Sementara dalam kenyataannya, permainan ini tak pernah bisa dimonopoli oleh siapapun. Baik oleh Elizabeth Magie, Charles Darrow, hingga Parker Brothers. (hdl)