Mataram (pilar.id) – Berlokasi di Ruang Terbuka Hijau Pagutan, Pemerintah Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, berencana untuk melanjutkan pembangunan Bale Budaya.
Pembangunan Bale Budaya tersebut telah dimulai pada tahun 2012. Namun, sempat mengalami penundaan karena ada masalah dalam proses pengerjaan. Pemkot Mataram pun ingin agar proyek tersebut bisa kembali dilanjutkan dan ditargetkan akan selesai pada tahun 2022 ini dengan total biaya mencapai Rp2,5 miliar.
“Insya Allah dengan anggaran yang sudah kita siapkan sebesar Rp2 miliar pembangunan Bale Budaya bisa dilanjutkan dan segera dimanfaatkan,” kata Kepala Dinas Pariwisata Kota Mataram H Nizar Denny Cahyadi di Mataram, Rabu (20/7/2022).
Konstruksi bangunan itu jadi seperti mangkrak karena pekerjaan pembangunan terhenti dalam waktu lama. Pemerintah Kota Mataram kemudian mengalokasikan dana Rp2 miliar untuk melanjutkan pembangunan Bale Budaya.
“Harapannya dengan anggaran itu Bale Budaya bisa rampung sesuai dengan konsep yang sudah ada,” kata Denny.
Ia mengemukakan bahwa revisi penganggaran yang dilakukan oleh tim dari inspektorat menunjukkan adanya kekurangan dana sekitar Rp400 juta akibat kenaikan harga bahan bangunan dan penambahan fasilitas bangunan di Bale Budaya.
“Kita butuh anggaran sekitar Rp2,4 miliar atau Rp2,5 miliar termasuk untuk biaya perencanaan dan pengawasan,” katanya.
Menurut dia, pemerintah kota akan mengusulkan pengalokasian tambahan dana untuk pembangunan Bale Budaya dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan tahun 2022.
Jika usul tersebut belum bisa disetujui tahun ini, ia melanjutkan, pengalokasian tambahan dana untuk pembangunan Bale Budaya akan diusulkan lagi tahun depan.
“Prinsipnya tahun ini bangunan inti Bale Budaya akan kita lanjutkan sampai rampung agar bisa dimanfaatkan. Fasilitas tambahan kita kerjakan tahun depan,” kata Denny.
Ia mengatakan bahwa penambahan fasilitas di Bale Budaya meliputi toilet, ruang ganti, dan ruang VVIP.
Denny sebelumnya menjelaskan bahwa Bale Budaya adalah bangunan aula serba guna khas Suku Sasak dengan ukuran 48×48 meter yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan seni, budaya, serta edukasi.
Bangunan itu, menurut dia, selanjutnya juga bisa disewakan untuk hajatan seperti pesta pernikahan karena berada di kawasan terbuka dan dilengkapi tempat parkir luas.
“Misalnya, kalau di Islamic Center harga sewa gedungnya mencapai Rp20 juta, kita bisa Rp10 juta atau Rp15 juta, yang penting ada pemasukan,” katanya. (fat)