Yogyakarta (pilar.id) – Kontingen Kabupaten Kulon Progo berhasil meraih penyaji terbaik ke-1 dalam Festival Langencarita antar Kabupaten dan Kota se-DI Yogyakarta tahun 2022, di Pendapa Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Minggu (9/10/2022).
Langencarita adalah sebuah pementasan cerita yang menggunakan unsur tarian, tembang, akting dengan iringan gamelan serta menggunakan ucapan ataupun geguritan.
Kepala Bidang Pemeliharaan dan Pengembangan Adat, Tradisi Lembaga Budaya dan Seni, Yuliana Eni Lestari Rahayu mengatakan festival yang diikuti lima kelompok perwakilan Kabupaten dan Kota se-DIY ini bertujuan sebagai upaya untuk pembinaan, pelestarian, dan pengembangan seni di kalangan anak-anak.
Proses ini menggunakan unsur tembang, tarian, akting yang diiringi gamelan sebagai upaya menanamkan pendidikan karakter melalui unsur pendidikan dan budi pekerti.
“Tema Langencarita tahun 2022 ini, adalah Ruwat Bumi dengan bersumber dari cerita legenda, sejarah dan cerita rakyat. Yang didukung 30 pelaku seni anak-anak usia Sekolah Dasar berusia maksimal 14 tahun dengan durasi penampilan 25 hingga 30 menit,” jelas Eni, Minggu (9/10/2022).
Ia menambahkan aspek penilaian ajang tahunan yang digelar Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY ini meliputi, kreativitas pengembangan dan inovasi gerak, iringan, tembang, kostum dan properti. Selain itu, kesesuaian tema dengan penampilan, serta materi penokohan dan penyutradaraan.
Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Dian Lakshmi Pratiwi mengungkapkan festival ini hadir sebagai respon atas kecenderungan tembang dolanan anak-anak yang kian lama semakin menghilang dan tidak dikenali di masa sekarang oleh anak-anak.
Melalui festival Langencarita, tembang-tembang dolanan sebagai produk budaya yang sarat akan pelajaran dan nilai-nilai luhur akan tertanamkan pada generasi seterusnya.
“Kita berharap suatu hal yang biasa terdengar, terlantunkan akan perlahan-lahan tertanam dan kemudian menjadi bagian dari pribadi anak-anak kita nanti,” terang Dian.
Melalui Festival Langencarit, lanjutnya, bersama Kundha Kabudayan dan pendidik, seniman, orang tua, serta masyarakat, berupaya melestarikan budaya dengan melestarikan seni Langencarita dan menggiatkan kembali untuk melanjutkan estafet budaya ke generasi selanjutnya demi menyongsong masa depan Yogyakarta yang lebih istimewa
Dian menyebut, saat ini upaya untuk melestarikan kebudayaan dihadapkan begitu banyak tandingan yang dapat melunturkan jati diri.
Dikatakan pula, Langencarita merupakan salah satu tahap dari metode Sariswara, yakni pengajaran pendidikan budaya khususnya di DIY yang baru saja ditetapkan sebagai karya budaya dari DIY menjadi Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia tahun 2022.
Sementara itu, kontingen Kabupaten Kulon Progo dengan judul Upaya yang disutradarai oleh Suhari Ratmoko menyajikan cerita yang mengangkat latar tahun 1877 di sebuah Desa yang bernama Karang Kemuning.
Berawal ketika Sri Paduka Pakualam V berupaya mengeringkan Rawa Karang Kemuning dengan mengutus Bupati Riya Wisadirja, hal tersebut mengakibatkan konflik antar warga, lalu muncul Ratri, seorang warga yang meyakinkan para warga untuk melaksanakan dawuh Sri Paduka.
Namun yang terjadi, penguasa Rawa merasa terusik sehingga warga Karang Kemuning mendapatkan musibah atau bencana. Kejadian tersebut terdengar Bupati, sehingga berupaya untuk menyelamatkan warga dari musibah sekaligus mengajak untuk menjaga dan merawat tempat tersebut.
Dengan memohon Sang Pencipta, akhirnya Karang Kemuning yang dulunya Rawa berubah menjadi daratan yang subur dan namanya diubah oleh Sri Paduka dengan sebutan Adikarto. (riz/hdl)