Jakarta (pilar.id) – Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan, pengetahuan tentang seks dan reproduksi di Indonesia dinilai belum mengalami kemajuan. Hal itu dikarenakan, pendidikan seks masih dianggap tabu.
“Tapi jujur nafsu seksnya maju,” kata Hasto, di Jakarta, Sabtu (21/1/2023).
Ia menjelaskan, yang dimaksud dengan nafsu seks lebih maju terkait dengan rentang usia perkawinan. BKKBN membuat catatan rata-rata usia kawin atau berhubungan seks pertama di bawah usia 20 tahun. Sementara, 20 tahun yang lalu, orang Indonesia rata-rata melakukan hubungan seks pertama kali di usia 20 tahun ke atas.
“Kalau sekarang ini puncak seksnya bukan di 21 tahun, 22 tahun. Mayoritas di usia 17-18 begitu,” kata Hasto.
Ironisnya, usia nikahnya cenderung delay. “Jadi usia nikahnya delay, usia kontak seksnya maju,” ungkap mantan Bupati Kulon Progo ini.
Dengan demikian, seks pra nikah mengalami peningkatan. Karena itu, Hasto berharap ada pendidikan seks dan kesehatan reproduksi sejak dini.
Hasto menambahkan, ekonomi dan pendidikan rendah, serta tinggal di daerah terisolir menjadi ciri-ciri populasi kawin usia dini. Berdasarkan data BKKBN, pernikahan dini berusia 15-19 tahun terjadi 22 kasus dalam setiap 1000 penduduk.
“Jadi 22 perempuan per 1000 itu hamil di usia antara 15-19 begitu,” kata Hasto.
Dia mengatakan, perkembangan media komunikasi yang cepat turut menjadi faktor meningkatnya seks pranikah. Ia lantas membandingkan Indonesia jaman dulu yang sangat membatasi pertemuan antara laki-laki dan perempuan. Sementara saat ini, bahkan orang dengan mudah mengumbar alat vitalnya di berbagai platform media.
“Untuk memuaskan secara visual. Itu terjadi sangat mempengaruhi. Makanya ini harus diimbangi dengan pengetahuan,” kata dia.
Selain itu, kedekatan orang tua dengan anak yang cenderung renggang juga menjadi faktor berikutnya. Hasto mencontohkan, mengajak diskusi dengan anak di meja makan saat ini sudah sangat sulit.
“Sehingga orang tua hari ini, sebetulnya belum menemukan cara parenting yang tepat untuk mencegah hal-hal itu. Sementara era disruption ini tidak bisa dibendung,” kata dia. (ach/hdl)