Malang (pilar.id) – Memperingati hari Lahan Basah Internasional, Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) bersama Asosiasi Komunitas Sungai Nusantara (AKSI Nusantara) menggelar aksi damai di Alun-alun Kota Malang, Jumat (3/2/2023).
Aksi tersebut merupakan kampanye terhadap keresahan-keresahan atas kondisi sungai Brantas, sementara Kota Malang termasuk daerah hulu dari sungai Brantas.
Seperti disampaikan Rafika Aprilianti, peneliti mikroplastik Ecoton, jika yang disebut lahan basah ialah mencakup wilayah payau, rawa, gambut atau perairan mengalir atau menggenang termasuk sungai.
“Sungai brantas sebagai salah satu ekosistem lahan basah yang menyimpan keanekaragaman hayati dan bermanfaat bagi masyarakat baik di ekonomi, ekologi maupun budaya saat ini kondisinya semakin memprihatinkan,” ujarnya.
Diketahui, berdasar penelitian Ekspedisi Sungai Nusantara, menemukan, jika di sepanjang tahun 2022, Jawa Timur menjadi salah satu provinsi tertinggi yang terkontaminasi mikroplastik.
“Mikroplastik tidak mudah dihilangkan dari perairan karena sifatnya yang persisten. Tingkat kontaminasi polusi mikroplastik dapat berdampak pada rantai makanan di perairan laut, mulai dari dari mikroorganisme seperti plankton, berbagai jenis ikan, dan mamalia,” jabarnya.
Adanya Mikroplastik yang telah terakumulasi di lingkungan akan mempengaruhi kesehatan lingkungan beserta biota yang ada didalamnya. Mikroplastik yang ada di lingkungan dapat menyerap dan mengangkut bahan kimia beracun dilingkungan menuju rantai makanan manusia dan mempengaruhi kesehatan manusia,
“Para peneliti menemukan, bahwa mikroplastik polipropilena mudah menyerap senyawa organik hidrofobik yang disebut polutan organik persisten (POP). Pembakaran terbuka plastik dapat melepaskan polutan seperti logam berat, dioksin, PCB dan furan yang jika terhirup dapat menimbulkan risiko kesehatan terutama gangguan pernapasan,”
Sulitnya, penguraian plastik, April menyebut, dikenakan saat produksi plastik ditambahkan zat additif untuk memberikan karakteristik dan sifat bahan plastik, seperti fleksibilitas dan tahan terhadap panas dan sinar UV.
“Zat-zat ini dapat dengan mudah larut dan mengendap di lingkungan. Zat aditif itu, berpotensi tersalurkan kedalam tubuh organisme dan menyebabkan gangguan hormon endokrin, pada ibu hamil menyebabkan berkurangnya berat testis pada bayi, merusak sel epitel pada reproduksi dan penurunan jumlah sperma,” sebutnya.
Maka dari itu, adanya aksi tersebut, Tonis Afrianto sebagai pegiat Zero Waste Ecoton, diharapkan dapat memperluas layanan tata kelola sampah hingga pelosok desa,
“Pemerintah membangun TPS 3R di setiap desa dengan didukung fasilitas sampah (dropo sampah) di pelosok desa dan masyarakat yang hidup dibantaran sungai,” harapnya
Tak hanya itu, dari kegiatan peduli lingkungan ini, dirinya memberi masukan untuk pemerintah agar memperbanyak kawasan bebas sampah Zero Waste Cities
“Hal itu bisa menjadi solusi pengelolaan sampah mandiri skala desa/ kelurahan agar sampah terkelola dengan baik dan benar sehingga tidak bocor ke sungai, serta membuat aturan yang tegas bagi yang membuang sampah di sungai,” tutupnya. (jel/hdl)