Surabaya (pilar.id) – Tepat pada momen Hari Air Sedunia, Selasa (21/3/2023), Tim peneliti Badan Riset Urusan Sungai Nusantara (BRUIN) dan Asosiasi Komunitas Sungai Nusantara (AKSI Nusantara), melakukan uji kualitas air di Sungai Brantas.
Peneliti dari BRUIN dan AKSI Nusantara sengaja memilik Sungai Brantas sebagai objek penelitian mengingat Sungai Brantas memiliki fungsi sebagai penyedia bahan baku air bersih yang dikelola PDAM.
Penelitian yang dilakukan oleh BRUIN dan AKSI Nusantara tersebut dilakukan di sejumlah outlet pembuangan limbah oleh pabrik kertas, pabrik pipa dan baja, serta PDAM Karangpilang Surabaya, pada Selasa (21/3/2023)
Direktur Jenderal AKSI Nusantara, Muhammad Kholid Basyaiban menyebut penelitian ini bertujuan untuk memonitoring sampai sejauh mana kepatuhan perusahaan dalam mengelola limbah dan kelayakan bahan baku air minum PDAM.
Selain itu, penelitian kualitas air ini juga dilakukan dalam rangka memperingati hari air sedunia yang memiliki tema “Be The Change”.
“Saya sangat mengapresiasi langkah yang dilakukan oleh BRUIN dengan menghadirkan delegasi peneliti yang berasal dari Universitas Brawijaya dan Universitas Trunojoyo Madura,” ujarnya.
Pasalnya bagi dia, kondisi sungai-sungai di Indonesia sekarang sangat memprihatinkan, karena semakin banyaknya industri yang masih belum mengelola limbahnya dengan baik. Apalagi, di Sungai Brantas yang airnya dijadikan bahan baku PDAM.
Dalam penelitian yang dilakukan, Rafika Aprilianti Direktur Eskekutif Badan Riset Urusan Sungai Nusantara menyebut outlet pembuangan limbah pabrik kertas PT Dayasa Aria Prima tidak ada yang melebihi baku mutu.
” Kemudian pengujian kualitas air di PDAM Karangpilang yang melebihi baku mutu pada intake rata-rata, maka kondisi ini sangat memprihatinkan, apabila dibiarkan secara terus menerus akan berdampak pada kesehatan masyarakat,” tuturnya.
Selain itu, kadar mangan dan besi yang berlebih dalam kandungan air dapat bersifat neurotoksik dan jika terakumulasi di sungai dapat menyebabkan air sungai berbau, berwarna coklat atau kemerahan dan bila digunakan untuk mandi dapat membuat kulit menjadi kering dan gatal.
Sementara itu, pemerintah Kota Surabaya targetkan tata kelola lingkungan yang baik setelah raih adipura kencana yaitu pengelolaan sampah 100% pada tahun 2025. Namun kasus-kasus pencemaran sungai perlu diperhatikan karena sungai termasuk sumber kehidupan.
Oleh karena itu, baginya perlu dorongan dari instansi dinas lingkungan baik provinsi maupun kabupaten/kota yang dilewati sungai Brantas agar segera menertibkan perusahaan-perusahaan yang masih membuang limbah tanpa dikelola terlebih dahulu.
“Kami akan mengadukan ke DLH Kota Surabaya dan Perusahaan Spindo agar mereka memperbaiki dan mengelola limbahnya agar tidak melebihi baku mutu. Kami ingin pada momentum hari air, pemerintah, industri dan masyarakat ikut berperan aktif dalam menjawab krisis air bersih di sungai,” harap Rafika. (jel/fat)