Bandung (pilar.id) – Institut Teknologi Bandung (ITB) kembali menggelar konferensi internasional dua tahunan, Arte-Polis 10. Berkolaborasi dengan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jawa Barat, Korea Architectural Accrediting Board, dan Erasmus Huis, acara ini berlangsung di Gedung PAU, ITB Kampus Ganesha.
Bertema Reinventing Creative Space and the Making of Place, konferensi ini mengeksplorasi peran ruang kreatif dalam menciptakan kota masa depan yang berkelanjutan.
Arte-Polis adalah forum yang menghadirkan konferensi, simposium, hingga diskusi. Tahun ini, topik utama yang dibahas adalah bagaimana ruang kreatif dapat berkontribusi pada inovasi, kreasi, dan pertumbuhan sosial-budaya.
Ruang-ruang ini, menurut Ketua Arte-Polis, Widiyani, S.T., M.T., Ph.D., merupakan hasil dari kontribusi warga kota. “Sebagai warga, kita memiliki tanggung jawab untuk menciptakan ruang perkotaan yang nyaman dan berkelanjutan,” ujarnya, dikutip dari keterangan resmi, Jumat (13/9/2024).
Dekan SAPPK ITB, Prof. Dr. Sri Maryati, S.T., MIP., menambahkan bahwa kegiatan ini memberi kesempatan bagi peserta untuk memahami bagaimana desain ruang dapat memengaruhi keberlanjutan budaya. “Arsitek tidak hanya merancang secara fungsional, tetapi juga harus memberikan dampak sosial positif,” jelasnya.
Selain itu, Sekretaris Institut ITB, Prof. Dr.-Ing. Ir. Widjaja Martokusumo, menyampaikan bahwa kota-kota masa depan akan menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim, ketahanan pangan, hingga kecerdasan buatan.
Ia menekankan bahwa konferensi ini berfungsi sebagai wadah penting untuk mendiskusikan solusi inovatif bagi tantangan tersebut.
Arte-Polis 10 diharapkan dapat membuka peluang kolaborasi lintas sektor dalam mengembangkan ruang kreatif yang inklusif dan berkelanjutan. Dengan demikian, semua pemangku kepentingan dapat berperan aktif dalam menciptakan kota yang lebih baik di masa depan. (usm/hdl)