Surabaya (pilar.id) – Emilda Puteri Aulia, mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair), telah berhasil memenangkan medali perak dalam kompetisi Olimpiade Nasional Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (ONMIPA) 2023 bidang kimia.
Kompetisi tersebut berlangsung selama lima hari, dimulai dari Selasa hingga Sabtu (13-17/6/2023) di Institut Teknologi Bandung (ITB).
Emilda, yang akrab disapa, mengungkapkan bahwa seleksi ONMIPA terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama adalah seleksi tingkat universitas untuk memilih 5 perwakilan dalam setiap bidang lomba.
Tahap kedua adalah seleksi tingkat wilayah secara daring oleh Balai Pengembangan Talenta Indonesia (BPTI) untuk memilih 65 perwakilan dalam setiap bidang lomba. Tahap ketiga adalah seleksi tingkat nasional secara luring.
“Di Unair sendiri, terdapat 12 mahasiswa yang berhasil lolos ke tingkat nasional. Alhamdulillah, saya menjadi salah satu perwakilan. Setiap bidang lomba diuji selama dua hari. Untuk bidang kimia, hari pertama meliputi materi Kimia Organik dan Kimia Analitik, sedangkan hari kedua meliputi materi Kimia Anorganik dan Kimia Fisik,” jelas Emilda.
Emilda menceritakan bahwa kecintaannya terhadap bidang kimia dimulai sejak ia berada di SMP. Pada saat itu, ia sangat terkesan dengan seorang guru yang sangat antusias dalam mengajar kimia.
Minatnya terhadap kimia terus berkembang ketika ia berada di SMA dan mengikuti Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang kimia. Itulah saat Emilda menemukan minatnya yang sesungguhnya, meskipun materi kimia tergolong berat. Akhirnya, ia tidak pernah menyangka bisa mengikuti olimpiade kimia hingga tingkat perguruan tinggi.
“Di perguruan tinggi ini, saya melanjutkan perjuangan saya meskipun program studi saya tidak terlalu mendalam dalam bidang kimia. Jujur, saat pengumuman medali perunggu, semua nama sudah diumumkan. Saya pikir tidak ada harapan lagi karena saat berdiskusi dengan teman-teman, banyak jawaban saya yang tidak tepat. Namun, alhamdulillah, rencana Allah adalah yang terbaik,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Emilda mengungkapkan tantangan yang dihadapinya saat berkompetisi adalah menjaga fokus antara kompetisi dan ujian akhir semester (UAS). Ia mengaku tidak mampu melakukan dua hal sekaligus. Oleh karena itu, ia terpaksa belajar materi UAS setelah berkompetisi.
“Sebagian besar materi kimia ini tidak diajarkan dalam program studi saya. Jadi, saya harus belajar secara mandiri, tetapi beruntungnya Unair memberikan pembinaan,” ucapnya.
Pada akhirnya, Emilda berharap dapat mengikuti kompetisi ONMIPA lagi tahun depan dan meningkatkan prestasinya yang telah diraih saat ini. Selain itu, ia juga berharap Unair memiliki sistem pembinaan yang lebih baik untuk kompetisi ONMIPA agar dapat melahirkan lebih banyak juara di tingkat nasional.
“Melihat beberapa perguruan tinggi lain, mereka menyelenggarakan pembinaan bagi peserta sebelum pelaksanaan ONMIPA. Dalam hal persiapan, mereka tentu lebih siap. Tidak heran jika mereka banyak yang meraih medali emas dan menjadi juara umum,” ujarnya.
“Semoga suatu saat nanti Unair dapat menjadi juara umum dalam ONMIPA. Selain itu, semoga ilmu yang saya dapatkan dalam kimia dapat saya aplikasikan dalam dunia kedokteran, dan siapa tahu akan muncul pemenang Nobel pertama dari Indonesia,” tutup Emilda. (ret/hdl)