Jakarta (pilar.id) – Awal tahun 2023, sejumlah nama figur populer masih menghiasi lembaga survey. Namun, hanya tiga nama yang lagi-lagi mendominasi, mereka adalah Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Prabowo Subianto.
Sejak tahun lalu, bahkan ketiga nama tersebut saling berebut posisi. Di sejumlah daerah, Ganjar unggul, tapi di wilayah lain Anies maupun Prabowo juga menempati urutan pertama.
Terbaru, lembaga survey Indikator Politik Indonesia (IPI) yang merilis tentang kinerja presiden, elektabilitas calon presiden, dan partai jelang 2024. Survey yang dilakukan 1-6 Desember 2022 itu, melibatkan 1.220 responden, dengan toleransi kesalahan (margin of error/MoE) sekitar kurang lebih 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Dalam simulai 3 nama, Ganjar unggul dengan raihan 35,8 persen. Disusul Anies 28,3 persen dan Prabowo 26,7 persen. “Ganjar sempat turun di bulan November, Desember naik lagi,” kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi, di Jakarta, Kamis (5/1/2022).
Burhanuddin menjelaskan, elektabilitas Anies mengalami stagnan. Sementara, Prabowo justru sebaliknya. “Terus terang saya sendiri kaget, Pak Prabowo sudah berat. Keteteran begitu setelah bulan November elektabilitas disalip oleh Anies Baswedan. Tapi, ternyata trennya naik lagi di bulan Desember,” kata Burhanuddin.
Selain itu, IPI juga menyampaikan 10 figur yang memiliki potensi untuk maju di pemilihan presiden (pilpres) 2024. Mereka adalah, Ridwan Kamil (6,7 persen), Agus Harimurti Yudhoyono (2 persen). Selanjutnya, figur yang memiliki elektabilitas kurang dari 2 persen, antara lain Erick Thohir, Puan Maharani, Sandiaga Salahuddin Uno, Airlangga Hartarto, dan Muhaimin Iskandar.
“Tapi polanya nggak berubah, nomor 1 Ganjar, nomor 2 Anies, nomor 3 Prabowo. Anies agak sedikit stagnan elektabilitasnya di bulan Desember, Ganjar dan Prabowo naik,” kata Burhanuddin.
Burhanuddin mengatakan, tren elektabilitas Ganjar dan Prabowo naik seiring peningkatan kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi). Namun, sebaliknya ketika tingkat kepuasaan terhadap Jokowi turun, maka elektabilatas Anies justru mengalami peningkatan.
“Anies dianggap sebagai antitesis Jokowi, ada benarnya di sini. Karena ketika approval presiden naik, itu Anies tertekan elektabilitasnya,” kata Burhanuddin. (ach/din)