Jakarta (pilar.id) – PT Bank Raya Indonesia Tbk fokus untuk membantu para pekerja informal mendapatkan akses permodalan. CEO of PT Bank Raya Indonesia Tbk Kaspar Situmorang melihat, selama bertahun-tahun sangat sulit memberikan pelayanan prima kepada para pekerja informal.
“Karena secara cost-nya nggak masuk di bank-bank konvensional, karena pendapatannya tidak tetap, dan secara pinjaman agunannya tidak ada,” kata Kaspar, di Jakarta, Kamis (1/9/2022).
Sebagai bank digital anak perusahaan dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Bank Raya lebih mengedepankan sisi life needs dari pekerja informal. Ada tiga karakteristik utama pekerja informal atau gig worker, yaitu fleksibel, periode waktunya sangat temporary, dan pekerjaannya lebih banyak berbasis project based.
“Inilah yang menjadi fokus utama kami, seperti misalnya agen FnB waiter, agen laku pandai, dan masih banyak lagi para pekerja frelancer lainnya,” kata dia.
Berdasarkan data Bank Raya, total pekerja informal di Indonesia sebanyak 59,5 persen atau 77,9 juta orang. Provinsi Jawa Timur memiliki paling banyak gig workers dengan prosentase sebesar 58,7 persen atau 12.341.061 orang.
“Jawa Barat 10 jutaan. Nah ini saya rasa peluang-peluang besar yang belum kita sentuh dengan proporsional,” kata Kaspar.
Karena itu, Bank Raya mencoba memberikan solusi alternatif mereka dengan membuatkan slip gaji. Dengan begitu, mereka bisa menikmati fasilitas berupa pinjaman atau cash bond.
“Kurang dari 7 bulan ini, kita sudah bisa menyalurkan dana talangan atau paylater-nya Rp1,4 triliun, dengan NPL hanya 0,05 persen,” tandasnya. (ach/hdl)