Jakarta (pilar.id) – Berlokasi di Hotel Sofyan Soepomo, Jakarta Selatan pada Minggu (4/12/2022), relawan pendukung calon presiden, Anies Baswedan mendeklarasikan Laskar Angkatan Muda Anies Baswedan (Laskar AMAN).
Deklarasi tersebut, dilakukan selain untuk menunjukkan kerelaan mereka mendukung Anis Baswedan maju jadi calon presiden di Pemilu 2024, juga dalam rangka mencegah dan menepis ketakutan akan munculnya politik identitas, politisasi agama, dan polarisasi sosial pada Pemilu 2024.
Apalagi, belakangan isu politik identitas dan polarisasi agama selalu diasosiasikan kepada sosok Anies Baswedan. Dimana, ia dinilai telah menggunakan praktik tersebut di Pilkada Gubernur DKI Jakarta tahun 2017 lalu.
“Kami masyarakat lintas agama, lintas golongan, lintas adat, lintas suku, dan lintas daerah, mendeklarasikan dukungan kepada Bapak Tenun Kebangsaan, Anies Baswedan, untuk menjadi Presiden Republik Indonesia periode 2024-2029,” kata Ketua Laskar AMAN, Ervanus Tou, di Jakarta Selatan, Minggu (4/12/2022).
Ervan mengatakan, deklarasi ini memberi pesan bahwa figur Anies mendapat banyak dukungan dari berbagai kalangan, golongan, dan latar belakang. Menurutnya, Anies adalah figur pemimpin yang merangkul bukan memukul. Sosok yang akan mampu mempersatukan bangsa yang saat ini terpecah belah.
“Diharapkan setelah deklarasi, akan muncul kelompok relawan lain yang memberikan dukungan,” kata Ervan.
Deklarasi ini dihadiri oleh kurang lebih 100 relawan. Selanjutnya, deklarasi akan diikuti para relawan Laskar AMAN dari seluruh Indonesia secara daring menggunakan aplikasi Zoom. “Kami juga akan melakukan Deklarasi di berbagai daerah sebagai bentuk dukungan riil kepada pak Anies Baswedan,” ungkapnya.
Sementara itu, juru bicara Laskar AMAN Indra Charismiadji menyampaikan, kehadiran Laskar AMAN meruntuhkan stigma bahwa Anies hanya didukung oleh satu kelompok atau golongan dengan identitas tertentu.
Pasalnya, relawan Laskar AMAN terdiri dari semua agama di Indonesia, mulai dari Katolik, Kristen, Hindu, Budha, dan Islam. Kemudian Laskar AMAN juga terdiri dari berbagai suku, antara lain Flores, Jawa, Sunda, Bali, Batak, Minang, Betawi, dan lain sebagainya dari seluruh penjuru Indonesia.
“Ini membuktikan tidak ada ketakutan kami akan isu-isu bahwa Indonesia akan menjadi negara agama tertentu jika dipimpin Anies Baswedan,” kata Indra.
Menurut Indra, isu politik identitas yang kerap dialamatkan kepada Anies hanya untuk memecah belah bangsa. Ia lantas menyamakan perbuatan tersebut seperti pola yang dilakukan VOC dengan politik devide et impera-nya. Terlebih, berdasarkan kajian dari Nanyang Technological University, Singapura, di Jakarta tidak ada polarisasi.
“Buat kami itu hanya langkah-langkah memecah belah bangsa, menakut-nakuti, dan upaya pembodohan masyarakat Indonesia secara terstruktur, sistematis, dan masif. Ini yang harus kita perbaiki,” kata dia. (ach/fat)