Pekalongan (pilar.id) – Batik selalu menggelitik untuk dilirik. Pun produk andalan Wulan Utoyo, Batik Bulan, produk khas Pekalongan, Jawa Tengah, yang kini sudah menembus pasar di Italia.
Sebagai sebuah produk batik tulis, Batik Bulan sengaja menyasar pasar menengah ke atas. Sejak awal, Wulan percaya jika produk seperti ini berpeluang untuk diminati pasar. Apalagi di zaman sekarang, orang sudah tak ragu mengenakan batik sebagai busana sehari-hari.
“Saya sangat pede, enggak papa. Semua orang punya nilai masing-masing,” katanya suatu saat.
Tiap produk memiliki karakteristik yang unik. “Kita harus percaya bahwa kita akan menemukan segmen yang pas, pembeli yang pas, tidak masalah kita bergerak di bawah, tengah, maupun atas,” tambahnya.
Sebagai konsekuensi, batik buatannya butuh waktu produksi yang memang lebih panjang. Untuk satu lembar batik tulis yang ia buat, butuh masa pengerjaan hingga dua hingga tiga bulan.
“Bahkan ada yang satu tahun. Tergantung dari tingkat kerumitannya,” ungkap Wulan.
Yang jelas, produk-produk ini ia display di butik yang berdiri di Jalan Jatayu Residence, Jalan WR Supratman, Kota Pekalongan.
Di tengah pergulatan bisnis untuk tumbuh, Wulan pun berhadapan dengan banyak halangan. Apalagi di masa pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu. Usaha batiknya lesu.
Berbagai upaya ia lakukan, termasuk membangun koneksi dan promo di sosial media. Ia juga bergabung di program Lapak Ganjar.
Hasilnya, Batik Bulan pun kembali bangkit dan mendapat order dari banyak tempat, termasuk dari Italia.
“Saya iseng-iseng ikut menjadi followernya (follower Instagram @ganjar_pranowo) awalnya. Lalu, saya ikut Lapak Ganjar. Yang ditampilkan di sana itu, benar hal yang bermanfaat mengangkat UMKM,” kata Wulan di rumah produksi batiknya di Jalan Gabus, Kabupaten Batang.
Ia pun mengikutsertakan foto unggahan produknya ke program Lapak Ganjar. Tak disangka, unggahan ini direpost Lapak Ganjar.
“Dengan ditampilkan di Lapak Ganjar, follower saya tiba-tiba meningkat. Penjualan pun tiba-tiba meningkat,” aku Wulan.
Satu hal lagi yang membuat ia berterima kasih, dengan adanya Lapak Ganjar, tiba-tiba ada orang Italia yang menelepon dan pesan selendang sutra batik tulis.
“Entah bagaimana koneksi yang diadakan di Lapak Ganjar,” penasaran Wulan.
Saat mendapat telepon dari Italia, ia pun bertanya pada si pengorder. Tahu dari mana? Mereka menjawab, jika info itu datang dari Jakarta.
Belum puas dengan jawaban ini, ia pun kembali bertanya. dari “Dari mana orang tersebut tahu? Ternyata mereka jawab dari program Lapak Ganjar,” kata Wulan senang.
Ia pun mengakui, setelah direpost, bisnisnya memang ada peningkatan. Produk buatannya semakin dikenal oleh khalayak bahkan sampai ke luar negara.
Meski tak menyebut detailnya, Wulan mengaku, sebelum ikut Lapak Ganjar penjualan hanya 100 lembar batik tulis, setelah ikut Lapak Ganjar, terjadi peningkatan penjualan hingga 200 lembar batik.
Dia juga berbagi pengerjaan batik dengan sejumlah perajin batik atau vendor. Supaya, para perajin tetap bisa berkarya dan bisa menambah pemasukan.
Para vendor itu berada di sejumlah tempat seperti di wilayah Kota Pekalongan, Kabupaten Pekalongan, dan Kabupaten Batang. “Setelah Lapak Ganjar, pengaktifan vendor baru banyak,” tuturnya. (riz/hdl)