Jakarta (pilar.id) – Test Engineer Cognizant Mobility GambH Noval Dias berbagi pengalamannya selama bekerja dan berkarir di negara Jerman. Noval menjelaskan ada beberapa program pendidikan di negara tersebut, yaitu program sarjana, pascasarjana, dan doktoral.
“Terus di Jerman ada sekolah vokasi atau mungkin pernah dengar ausbildung,” kata Noval, di Jakarta, Sabtu, (10/12/2022).
Aubildung, menurut Noval, merupakan program pendidikan yang memungkinkan untuk bisa kuliah sambil bekerja. Namun, program ini tidak mendapatkan gelar akademik.
“Terus ada juga dual studium di sini, jadi perusahaan mereka mau cari orang yang mau setelah kuliah mereka kerja di perusahaan itu. Jadi perusahaan itu nanti membayar untuk kita kuliah,” kata Noval.
Menurut Noval, tak sedikit orang asing yang bekerja di Jerman. Ada beberapa skill paling yang dibutuhkan Jerman, yaitu bidang medicine, engineer, dan researcher. “Karena orang Jermannya sendiri, semakin menurun populasinya. Jadi memang butuh orang dari luar. Tapi berpendidikan tinggi,” kata dia.
Tak dipungkiri, salah satu kendala utamanya memang harus menguasai bahasa. Rata-rata perusahaan di Jerman menggunakan bahasa nasional. Namun, untuk perusahaan-perusahaan internasional banyak menggunakan bahasa Inggris.
“Ada temen baru datang dari Indonesia, terus habis itu kerja di sini, nggak bisa bahasa Jerman, mereka pakai bahasa Inggris, fine-fine saja. Jadi minimal bahasa Inggris,” kata dia.
Dia mengungkapkan beberapa profesi yang banyak dicari di Jerman, antara lain programmers, IT cnsultans, economist. Kemudian, sales representatives, architects, dan production assistants.
“Nurse itu sangat dibutuhkan, di sini banyak banget teman Indonesia yang menjadi perawat. Karena orang tuanya semakin banyak, orang mudanya sedikit,” kata dia.
Menariknya, tak ada batas usia untuk bisa bekerja dan kuliah di Jerman. “Di sini nggak ada batas usia sih. Waktu itu, ada teman kuliah yang sudah 35 tahun. (ach/din)