Jakarta (pilar.id) – Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menetapkan wabah cacar monyet (monkeypox) sebagai keadaan darurat kesehatan dunia. Lalu, apa yang barus dilakukan Indonesia?
Epidemiolog dari Centre for Environmental and Population Health Griffith University Australia, Dicky Budiman, mengatakan, penetapan darurat kesehatan dari WHO terkait cacar monyet tersebut berarti bahwa penyakit ini harus menjadi kewaspadaan dunia.
“Sudah harus ada aksi nyata dari semua negara di seluruh dunia. Darurat kesehatan cacar monyet memanggil negara untuk bersikap serius,” kata Dicky kepada Pilar.id, Senin (25/7/2022).
Menurutnya, ketika darurat kesehatan cacar monyet, semua negara termasuk Indonesia harus mengukur risikonya. “Assesment risiko harus dilakukan,” kata dia.
Kemudian, lanjut Dicky, pemerintah harus melakukan berbagai aktivitas respons kesehatan masyarakat, seperti deteksi dini, menyediakan vaksin, terapi, melakukan kontak tracing, dan merespons layanan kesehatan lainnya, termasuk menguatkan strategi komunikasi risiko.
“Itu yang harus dilakukan Indonesia dengan kolaborasi bersama negara lain atau bahkan lembaga-lembaga internasional. Itu yang harus dilakukan Indonesia,” tegasnya.
Status keadaan darurat kesehatan global ini dirancang WHO untuk membunyikan alarm bahwa respons internasional yang terkoordinasi diperlukan dan dapat membuka pendanaan serta upaya global untuk berkolaborasi dalam berbagi vaksin dan perawatan.
Dengan meningkatnya penularan wabah cacar monyet di berbagai negara, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) fokus pada pencegahan di bandara atau pun pintu masuk negara.
“Kewaspadaan diperketat namun masih dengan standar kewaspadaan umum,” ujar Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril.
Di Asia Tenggara, Singapura mengonfirmasi kasus lokal pertama, pasien pertama monkeypox di Negeri Singa itu merupakan laki-laki berkebangsaan Malaysia berusia 45 tahun.
“Jadi dari negara mana pun. Kita tetap melakukan kewaspadaan yang ketat di setiap pintu masuk negara kita,” ujarnya. (her/hdl)