Jakarta (pilar.id) – PT Hutama Karya (Persero) (Hutama Karya) telah memainkan peran penting dalam membangun Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) selama satu dekade terakhir, menjadikan pembangunan yang merata di seluruh Indonesia menjadi kenyataan.
Saat ini, Hutama Karya telah berhasil membangun sekitar 1.021,5 km ruas tol, menghubungkan hampir seluruh wilayah di Sumatera, mulai dari Lampung hingga Aceh (backbone), serta ruas sirip (feeder) dari Timur ke Barat dan sebaliknya, termasuk rute Palembang – Bengkulu, Pekanbaru – Padang, dan Medan – Pematang Siantar, dengan total panjang 681 km tol yang telah beroperasi.
Kemajuan signifikan dalam pembangunan JTTS selama 4 tahun terakhir ini tidak terlepas dari dukungan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bekerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Menteri BUMN, Erick Thohir, menjelaskan bahwa infrastruktur yang berkembang memegang peranan penting dalam menjadikan Indonesia lebih kompetitif di tingkat global, mengingat biaya logistik saat ini lebih tinggi daripada rata-rata dunia, mencapai hingga 23 persen.
“Pertumbuhan progres infrastruktur merupakan buah dari sinergitas banyak pihak, termasuk Kementerian BUMN, yang secara intens mengawal progres pembangunan JTTS bersama Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono,” kata Erick Thohir.
Tjahjo Purnomo, Executive Vice President (EVP) Sekretaris Perusahaan, menjelaskan bahwa kehadiran JTTS memiliki efek berlipat ganda, yang dikenal sebagai “multiplier effect,” pada Sumatra. Ini terlihat dari pertumbuhan ekonomi di sejumlah wilayah, seperti Lampung dan Palembang, yang mengalami peningkatan penggunaan listrik dan sirkulasi uang yang lebih tinggi.
Selain itu, kepadatan lalu lintas yang sering terjadi di Jalan Nasional dan Jalan Lintas Sumatra membuat konektivitas yang lancar sangat penting untuk mengurangi biaya logistik secara efisien.
Manfaat besar yang dirasakan oleh masyarakat memperkuat harapan bahwa seluruh wilayah Sumatra akan segera terhubung dengan JTTS. Hutama Karya menargetkan penyelesaian 13 ruas JTTS tahap I menjelang akhir tahun, serta memulai pembangunan JTTS tahap II, termasuk Tol Betung – Jambi seksi 3 Bayung Lencir – Tempino sepanjang 34 km dengan skema dukungan konstruksi dan Tol Lingkar Pekanbaru sepanjang 30,5 km.
Rhenald Kasali, seorang pakar ekonomi dan bisnis, menjelaskan bahwa pembangunan JTTS memiliki dampak positif dari sudut pandang ekonomi, karena mempromosikan keadilan dan pemerataan pembangunan. Ia juga menyoroti pentingnya keterhubungan ini dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Seorang supir truk yang bernama Riu mengungkapkan bahwa JTTS telah membantu dalam mengurangi waktu perjalanan dan meningkatkan keselamatan serta kualitas produk yang diangkut. Sebelum adanya jalan tol, perjalanannya memakan waktu 2–3 hari, sedangkan dengan JTTS, waktu tempuhnya menjadi hanya sekitar 1 hari.
Hingga saat ini, Hutama Karya telah berhasil membangun JTTS sepanjang ±1.021,5 km, termasuk jalan tol dukungan konstruksi. Hutama Karya juga telah membuka jalan tol baru, seperti Tol Indralaya – Prabumulih (64 km) di Sumatra Selatan dan Tol Stabat – Kuala Bingai (7,5 km) di Sumatra Utara. Ruas tol ini belum dikenakan tarif, sehingga dapat dinikmati secara gratis oleh pengguna jalan tol.
Lis, seorang pedagang di Rest Area 215 B Terpeka, mengapresiasi Hutama Karya karena telah membantu dalam peningkatan kompetensi para pedagang yang berjualan di rest area. Pelatihan ini diharapkan dapat membantu para pedagang untuk berkembang lebih maju seiring dengan peningkatan jumlah pengguna JTTS.
Pembangunan JTTS telah membawa manfaat besar bagi Sumatra dan memperkuat konektivitas antara wilayah-wilayah yang sebelumnya sulit dijangkau. Hutama Karya akan terus berkomitmen untuk membangun infrastruktur yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di seluruh Indonesia. (mad/ted)