Semarang (pilar.id) – Awan yang keluar dari Gunung Merapi dalam bentuk Gareng ini berbeda dengan kebiasaannya yang mengeluarkan awan berbentuk Petruk seperti pada erupsi sebelumnya.
Sebuah fenomena berbeda dari Gunung Merapi sejak erupsi sejak Sabtu pekan lalu, muncul heboh awan bentuk Gareng dan bukan bentuk Petruk.
Lantas apa arti dari awan bentuk Gareng dan bukan Petruk yang dimuncukan dari perut magma Gunung Merapi.
Heboh muncul awan bentuk Gareng viral di media sosial akun Instagram @magelang_raya pada Minggu 12 Maret 2023.
Dalam unggahan sebuah video gumpalan awan Merapi bentuk Gareng ini diciri khaskan dengan tampilan sebuah kuncung.
Kuncung ini khas milik Gareng bukan Petruk sebab perbedaan keduanya dari bentuk fisiknya. Gareng lebih menonjolkan kuncung sedangkan Petruk dengan hidung panjang.
“Nek lihat kuncungnya itu toko wayang gareng, sdg mencangkul. filosofi bentuk fisik Gareng adalah Punakawan yang memiliki tubuh yang kurang sempurna dengan hidung bulat, tangan patah, kaki pincang, dan mata yang juling. Sosok Gareng diartikan sebagai pesan untuk berhati-hati dalam bertindak dan tidak mengambil milik orang lain atau yang bukan haknya” komentar @giyanti_tours.
Berikut makna dan arti dari filosofi Gareng yang merupakan salah satu tokoh punakawan atau pewayangan.
Gareng adalah punakawan yang berkaki pincang. Hal ini merupakan sebuah sanepa dari sifat Gareng sebagai kawula yang selalu hati-hati dalam bertindak.
Selain itu, cacat fisik Gareng yang lain adalah tangan yang ciker atau patah. Ini adalah sanepa bahwa Gareng memiliki sifat tidak suka mengambil hak milik orang lain.
Diceritakan bahwa tumit kanannya terkena semacam penyakit bubul. Dalam suatu carangan Gareng pernah menjadi raja di Paranggumiwayang dengan gelar Pandu Pragola.
Saat itu dia berhasil mengalahkan prabu Welgeduwelbeh raja dari Borneo yang tidak lain adalah penjelmaan dari saudaranya sendiri yaitu Petruk.
Dulunya, Gareng berujud ksatria tampan bernama Bambang Sukodadi dari pedepokan Bluktiba.
Gareng sangat sakti namun sombong, sehingga selalu menantang duel setiap satriya yang ditemuinya.
Suatu hari, saat baru saja menyelesaikan tapanya, ia berjumpa dengan satriya lain bernama Bambang Panyukilan.
Karena suatu kesalahpahaman, mereka malah berkelahi. Dari hasil perkelahian itu, tidak ada yang menang dan kalah, bahkan wajah mereka berdua rusak.
Kemudian datanglah Batara Ismaya (Semar) yang kemudian melerai mereka. Karena Batara Ismaya ini adalah pamong para ksatria Pandawa yang berjalan di atas kebenaran.
Maka dalam bentuk Jangganan Samara Anta, dia (Ismaya) memberi nasihat kepada kedua ksatria yang baru saja berkelahi itu.
Karena kagum oleh nasihat Batara Ismaya, kedua ksatria itu minta mengabdi dan minta diaku anak oleh Lurah Karang Dempel, titisan dewa (Batara Ismaya) itu.
Akhirnya Jangganan Samara Anta bersedia menerima mereka, asal kedua kesatria itu mau menemani dia menjadi pamong para kesatria berbudi luhur (Pandawa), dan akhirnya mereka berdua setuju. Gareng kemudian diangkat menjadi anak tertua (sulung) dari Semar.
Kabar terbaru jika Gunung Merapi kembali meluncurkan awan panas pada Selasa 14 Maret 2023 pagi.
Berdasarkan pos pengamatan Gunung Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) aktivitas erupsi terjadi hari ini pukul 05.59 WIB berupa guguran awan panas.
Guguran awan panas Gunung Merapi dengan jarak luncuran 1600 meter menuju arah Kali Krasak atau arah Barat Daya.
Laporan BPPTKG juga meyebutkan pengamatan Gunung Merapi jika kondisi sekitarnya adalah cuaca cerah berawan. Angin bertiup lemah ke arah tenggara dan barat. (Aam)