Surabaya (pilar.id) – Generasi Z di Amerika saat ini mulai menggeser penggunaan smartphone dan beralih kembali ke feature phone.
Fenomena ini menjadi tren di kalangan Generasi Z karena mereka ingin melindungi kesehatan mental mereka dari dampak negatif smartphone.
Prof. Dr. Nurul Hartini, M.Kes., seorang dosen Psikologi dari Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, memberikan tanggapan mengenai fenomena ini.
Menurutnya, ini terjadi karena mereka ingin menghindari gangguan yang disebabkan oleh penggunaan smartphone yang berlebihan. Kecanduan smartphone dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik.
“Jika penggunaan smartphone dilakukan dengan porsi yang tepat sesuai dengan usia, maka akan memberikan dampak positif. Namun, jika terjadi kecanduan, dampaknya bisa sangat merugikan kesehatan fisik dan mental,” jelas Prof. Nurul.
Prof. Nurul menjelaskan bahwa penggunaan smartphone yang berlebihan dapat mengganggu kesehatan fisik, seperti gangguan penglihatan dan gangguan motorik.
Secara mental, smartphone dapat menyebabkan gangguan kognitif dan emosional. Dampak kecanduan ini dapat mengganggu stabilitas emosi, terutama pada anak-anak dan remaja.
“Sebagai contoh, kecanduan smartphone bisa membuat seseorang mudah marah, padahal yang sebenarnya menyebabkan kemarahan adalah penggunaan smartphone itu sendiri.
Smartphone seharusnya menjadi sarana yang membantu kita menjadi lebih cerdas, namun jika tidak digunakan dengan bijak, dapat menjadi sumber kemarahan dan agresi,” jelasnya.

Prof. Nurul juga menambahkan bahwa dampak kesehatan mental ini akan mempengaruhi aktivitas sosial.
Penggunaan smartphone yang berlebihan dapat membuat seorang anak menjadi tertutup dan kurang berinteraksi sosial. “Kecanduan smartphone akan mengurangi interaksi dengan komunitas sosial dan menghambat perkembangan sosial anak,” tambahnya.
Selain itu, penggunaan smartphone pada anak-anak perlu dievaluasi baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Perlu dipertimbangkan apakah apa yang diakses melalui smartphone memberikan manfaat yang sesuai dengan kinerja anak. Jika dampaknya negatif, misalnya menurunnya motivasi belajar, maka perlu mengurangi penggunaan smartphone.
“Perlu dilakukan evaluasi terhadap kuantitas penggunaan smartphone, termasuk lamanya penggunaan dan fitur-fitur yang diakses. Selain itu, perlu melihat kualitasnya dan manfaat yang diperoleh dari penggunaan smartphone,” jelasnya.
Terakhir, Prof. Nurul menyampaikan bahwa jika penggunaan smartphone dilakukan dengan porsi dan kebutuhan yang tepat, maka akan memberikan banyak manfaat. Smartphone dapat membantu meningkatkan kemampuan kognitif pada anak-anak.
“Jika kita mampu membatasi penggunaan smartphone sesuai dengan kebutuhan yang sebenarnya, maka tidak akan menimbulkan kerugian atau gangguan,” ungkapnya. (usm/hdl)