Jakarta (pilar.id) – Gotong Royong Atasi Susut Limbah Pangan 2030 atau GRASP2030, sebuah gerakan sukarela intervensi pengurangan sampah makanan dari hulu ke hilir yang digagas oleh Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD), merayakan ulang tahunnya yang pertama pada 8 September 2022 lalu.
Di momen istimewa ini, GRASP2030 menggelar seminar hybrid GRASP2030 Anniversary ‘One-Year Collaboration Journey to Reduce Food Loss and Waste’.
Disampaikan dalam keterangan tertuslisnya, Jumat (9/9/2022), dalam perayaan ini, menjadi semakin bermakna karena dihadiri oleh Direktur Kewaspadaan Pangan dan Gizi BAPANAS Nita Yulianis, Tim Pengendali Dampak Lingkungan Direktorat Penanganan Sampah KLHK Windi Andriani dan Managing Director WRAP Asia-Pacific Claire Kneller.
Selain itu juga P4G Director of Partnerships Robyn McGuckin, President IBCSD Shinta Kamdani, GRASP2030 Steering Group Cogito Ergo SR, dan Head of Communication and Sustainability Sintesa Group Inka Prawirasasra, serta member GRASP2030, perusahaan, organisasi dan instansi.
Dijelaskan pula, sejak diluncurkan 2021, GRASP2030 telah berkomitmen menyatukan semua pelaku bisnis dan mitra pendukung rantai sistem pangan di Indonesia untuk mengambil tindakan nyata mengurangi separuh food loss and waste (FLW) pada tahun 2030, seperti Tujuan 12.3 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs) dan Tujuan 2 Mengurangi Masalah Kelaparan.
Kepedulian pemangku kepentingan terhadap FLW terbukti dalam waktu kurun satu tahun, GRASP2030 telah menggandeng lebih dari 20 anggota dari sektor industri makanan dan minuman, perhotelan, start-ups, think tanks, organisasi donasi makanan dan retail.
“Dalam satu tahun ke belakang IBCSD, mencoba memfasilitasi hal tersebut melalui GRASP 2030 dengan meningkatkan kapasitas sektor swasta dalam mengelola dan mengurangi sampah makanan dengan pendekatan Target-Measure-Act yang dijalankan dalam kegiatan working group maupun aktivitas lainnya,” jelas President IBCSD Shinta W. Kamdani.
Selebrasi atas pencapaian di tahun pertama ini, lanjutnya, diharap dapat menjadi motivasi untuk GRASP2030 dapat on-track dan terus berkembang dalam mencapai tujuan bersama dalam mengurangi separuh food loss dan food waste di tahun 2030.
Shinta menambahkan, bicara tentang sampah dan sisa makanan, menurut FAO, hal ini menyebabkan kerugian triliunan dolar bagi industri dan menyumbang 8 hingga 10 persen emisi global yang dapat mempercepat perubahan iklim.
Diketahui dari The Economist Intelligence Unit, Indonesia merupakan penyumbang sampah makanan terbesar kedua di dunia.
Pernyataan ini didukung oleh hasil Kajian FLW BAPPENAS selama satu dekade terakhir, setidaknya muncul 115-184 kg timbulan sampah makanan per kapita per tahun.
Mirisnya Global Hunger Index menyatakan Indonesia masih berada di tingkat kelaparan serius.
Artinya ada ketimpangan antara makanan yang diproduksi, dikonsumsi, didistribusikan dan terbuang. Melihat fenomena ini, strategi penanganan food loss and waste akan membutuhkan beberapa aktor dari berbagai sektor untuk mengambil tindakan bersama.
“Data is the new gold. Apa yang kita lakukan tidak ada artinya tanpa measurement dan reporting. Sehingga saat 2030 nanti, sudah ada ada laporan bahwa Indonesia pasti sudah mengurangi sampah makanan,” terang Cogito Ergo SR, GRASP2030 Steering Group dan General Manager FoodCycle Indonesia.
“Tentu kita masih membutuhkan kolaborasi-kolaborasi selanjutnya. Kami mengajak signatories untuk bisa mengajak network-nya untuk bergabung dalam GRASP2030,” tambahnya.
Cogito menambahkan GRASP2030 terus berupaya mendukung Program Prioritas Pemerintah dalam RPJMN untuk meningkatkan ketersediaan, akses dan kualitas konsumsi makanan dan pembangunan Rendah Karbon dengan membentuk dua working group yaitu Measurement-Reporting serta Food Donation.
Gerakan ini juga telah meluncurkan website yang dapat menjadi acuan untuk berbagi informasi kabar terbaru dan praktik terbaik seputar pengurangan FLW.
Tak hanya itu, GRASP2030 aktif berdialog dengan pemerintah terkait dan berupaya membangun kesadaran masyarakat agar lebih bijak dalam mengkonsumsi makanan melalui kampanye media sosial dengan tagar #Consumindful.
Sintesa Peninsula Hotel Palembang, sebagai salah satu anggota, menerapkan financial model untuk FLW dengan memanfaatkan teknologi ‘Food Waste Tracker’ dari Leanpath.
Beberapa poin penting lainnya yang disampaikan dalam webinar ini adalah Badan Pangan Nasional bekerja sama dengan salah satu anggota GRASP2030, Surplus Indonesia, bersama Sarinah dan HIPPINDO dalam menginisiasi program Sarinah Bebas Food Waste, yang merupakan kerjasama pemerintah-swasta dalam turut mendukung pengurangan FLW. (feb/hdl)