Malang (pilar.id) – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengapresiasi disertasi bertema pendidikan Islam multikultural yang dipresentasikan Ali Wafa, penerima beasiswa S3 dari Lembaga Pengembangan Pesantren dan Diniyah (LPPD) Pemprov Jatim, dalam Sidang Terbuka Program Doktor Pendidikan Agama Islam di Universitas Islam Malang (Unisma).
Dalam kesempatan ini, Gubernur Khofifah menegaskan pentingnya pemikiran multikultural sebagai referensi akademik yang dapat diterapkan di sektor publik. “Hari ini kami hadir dalam sidang doktoral Ali Wafa, penerima beasiswa LPPD Pemprov Jatim. Ia mengangkat tema yang sangat relevan untuk menjawab tantangan global,” ujar Khofifah.
Ali Wafa memaparkan disertasinya berjudul Survival Pesantren di Tengah Masyarakat Plural dengan lancar dan mendapatkan nilai A dari para penguji, yaitu Prof Abdul Halim Soebahar, Prof Djunaidi Ghony, Prof Mas’ud Said, Prof Junaidi Mitsar, Prof Muhibin Zuhri, Prof Imam Suprayogo, dan Prof Maskuri.
Beasiswa Pemprov Jatim Tingkatkan SDM
Dalam enam tahun terakhir, Pemprov Jatim telah menggelontorkan beasiswa kepada 6.846 mahasiswa jenjang S1, S2, dan S3. Pada tahun 2025, sebanyak 1.190 mahasiswa kembali menerima beasiswa, terdiri dari 518 mahasiswa S1, 225 mahasiswa S2, 40 mahasiswa S3, 380 mahasiswa program M1, dan 30 mahasiswa S2 Al Azhar Kairo.
Secara khusus, beasiswa program S3 yang diberikan sejak 2022 telah mencapai 130 penerima, dengan rincian 40 penerima pada 2022, 40 penerima pada 2023, dan 50 penerima pada 2024.
Gubernur Khofifah juga menekankan pentingnya membangun keseimbangan baru atau equilibrium dynamic dalam menghadapi kontraksi global di bidang ekonomi, politik, sosial, dan peradaban. “Multikulturalisme adalah kunci untuk membangun toleransi dan penghormatan antarbangsa,” tegasnya.
Ia berharap hasil kajian dari disertasi Ali Wafa dapat menjadi referensi akademik, bahkan diimplementasikan untuk pendidikan di tingkat SMA, SMK, hingga SLB di Jawa Timur.
Pentingnya Pendekatan Multikultural dalam Pendidikan
Ali Wafa dalam penelitiannya mengkaji konsep kepemimpinan kiai yang berorientasi pada pembentukan sikap tasamuh (toleransi) dalam pendidikan Islam multikultural. Ia berharap hasil karyanya bisa memberi kontribusi nyata dalam membangun masyarakat yang lebih plural dan damai.
“Alhamdulillah, saya bersyukur dapat menyelesaikan program doktor ini berkat beasiswa penuh dari Pemprov Jatim,” ucap Ali Wafa.
Sidang terbuka ini dihadiri tokoh akademik, pejabat pemerintah, mahasiswa, dan masyarakat umum yang antusias mendalami konsep multikulturalisme dalam konteks pendidikan Islam di Indonesia. (rio/ted)