Jakarta (pilar.id) – Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menginstruksikan pengaktifan kembali sistem deteksi dini penyakit menular guna mencegah importasi Mpox di Indonesia. Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, mengumumkan keputusan ini setelah rapat terbatas di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (27/8/2024).
Sistem yang diaktifkan kembali adalah Electronic Surveillance Card, yang sebelumnya dikenal sebagai PeduliLindungi. Langkah ini diambil sebagai respons atas kemunculan strain baru Mpox, yaitu strain 1B, yang diketahui memiliki tingkat fatalitas lebih tinggi. “Strain 1B memiliki risiko kematian mendekati 10 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan strain 2B yang hanya 0,1 persen,” jelas Budi.
Electronic Surveillance Card akan berfungsi mirip dengan PeduliLindungi yang digunakan selama pandemi COVID-19. Setiap pelaku perjalanan internasional harus memindai kode QR yang mencatat riwayat perjalanan mereka. Warna hijau menunjukkan aman, sementara kuning dan merah memerlukan pemeriksaan lebih lanjut, seperti pengecekan suhu dan tes PCR.
Kementerian Kesehatan juga telah menyiapkan dua unit mesin PCR di Jakarta, Cengkareng, dan Bali, yang mampu mendeteksi gejala Mpox dalam 30-40 menit. Langkah ini diambil sebagai persiapan untuk acara Asia-Afrika Leaders Meeting di Indonesia. Jika ada pelaku perjalanan dengan suhu tinggi dan riwayat perjalanan dari Afrika, mereka akan segera diuji dan jika positif, langsung diisolasi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan Mpox sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Internasional (PHEIC). Pada 14 Agustus 2024, tiga kasus baru Mpox terdeteksi di Swedia, Filipina, dan Thailand. Dua dari kasus ini, di Swedia dan Thailand, terkait dengan perjalanan ke Republik Demokratik Kongo dan dikonfirmasi sebagai strain clade Ib. Sedangkan kasus di Filipina merupakan transmisi lokal dengan strain clade IIb.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan, dr. M Syahril, melaporkan bahwa kasus di Swedia dan Filipina menunjukkan perbaikan setelah perawatan, sementara kasus di Thailand baru memulai pengobatan.
Sejak akhir Juni hingga 17 Agustus 2024, dunia mencatat 25.337 kasus Mpox dengan 34 kematian. Selain melalui kontak seksual, penularan dalam keluarga juga menjadi penyebab meningkatnya kasus pada anak-anak di Republik Demokratik Kongo. Di Indonesia, sejak 2022 hingga 2024, tercatat ada 88 kasus Mpox dengan strain clade II.
dr. Syahril menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap Mpox dan menyarankan masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan, seperti membatasi kontak fisik dengan penderita dan menjaga kebersihan tangan secara rutin. (usm/hdl)