Jakarta (pilar.id) – Juru bicara (jubir) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Mohammad Syahril mengatakan, gangguan gagal ginjal akut berbeda dengan penyakit ginjal kronis. Pada penyakit ginjal kronis telah terjadi kerusakan-kerusakan pada ginjal dalam waktu cukup lama. Sehingga tidak bisa pulih 100 persen.
“Tapi kalau karena akut ini, apalagi karena intoxication, begitu racunnya hilang, insya Allah sembuh total,” kata dia, di Jakarta, Senin (7/11/2022)..
Untuk mendukung upaya penyembuhan tersebut, saat ini Kemenkes telah mendistribusikan fomepizole ke 21 rumah sakit seluruh Indonesia. Syahril menjelaskan, obat fomepizole merupakan hibah dari negara lain sebanyak 200 vial.
“Tadinya kan 17 rumah, sekarang 21 rumah sakit di 34 provinsi,” kata Syahril.
Hingga saat ini, masih terdapat 27 pasien gangguan ginjal akut yang dirawat di rumah sakit. Meskipun kasus melandai, pemerintah tetap akan mencadangkan obat fomepizole untuk berjaga-jaga.
“Negara sebesar kita harus punya sediaan stok,” kata dia.
Terkait dengan tuntutan masyarakat yang mendesak untuk menyeret kasus ini ke jalur hukum, Syahril menyatakan, pihaknya menyerahkan sepenuhnya kepada pihak yang berwenang. Apalagi, jumlah kematian akibat obat-obatan berbahaya tersebut mengakibatkan 195 anak tewas dalam beberapa bulan terakhir.
Dalam waktu dekat, lanjut Syahril, pihaknya akan mengumumkan penyebab utama kematian 195 anak tersebut. Termasuk, dalam pengumuman nanti akan dijelaskan pula bila ditemukan penyebab lain. Sebab, beberapa kasus gangguan ginjal dikarenakan infeksi, dehidrasi, dan penyakit lain.
“Apakah ada sih, dari sekian yang meninggal juga bukan karena obat. Tapi sekali lagi, kami ingin katakan faktor risiko terbesar karena faktor intoxication,” kata Syahril. (ach/din)