Yogyakarta (pilar.id) – Obesitas menjadi masalah yang melanda negara-negara di seluruh dunia, baik yang maju maupun yang sedang berkembang. Peningkatan angka obesitas secara global telah memberikan dampak serius terhadap kesehatan dan kualitas hidup masyarakat.
Obesitas dapat terjadi akibat ketidakseimbangan antara asupan energi dari makanan dengan energi yang digunakan oleh tubuh.
Akumulasi lemak berlebih dalam tubuh dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius, termasuk peningkatan angka morbiditas dan kematian.
Kondisi ini juga berhubungan dengan inflamasi kronis yang dapat memicu berbagai gangguan metabolik, penyakit kardiovaskular, osteoarthritis, resistensi insulin, diabetes tipe 2, stroke, dan beberapa jenis kanker. Dampak obesitas tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga berdampak pada aspek psikologis dan sosial atau lingkungan.
Dampak psikologisnya dapat menciptakan emosi negatif seperti rasa takut, malu, dan merasa tidak percaya diri. Pengalaman yang dialami oleh individu yang mengidap obesitas dapat mencakup pengalaman yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan.
Menurut data Riskesdas 2018, prevalensi obesitas pada orang dewasa di atas 18 tahun di Indonesia mencapai 21,8 persen. Propinsi DI Yogyakarta memiliki prevalensi obesitas yang sedikit di bawah rata-rata nasional, sementara obesitas sentral memiliki prevalensi yang lebih tinggi daripada rata-rata nasional.
Penyebab obesitas antara lain faktor genetik dan lingkungan. Obesitas dapat diturunkan secara genetik dalam keluarga, dan lingkungan juga berperan dalam terjadinya obesitas melalui perubahan gaya hidup.
Remaja dan dewasa muda yang memiliki pola makan yang berlebihan dalam asupan energi, lemak, dan karbohidrat, frekuensi konsumsi makanan cepat saji, serta penurunan aktivitas fisik memiliki risiko lebih tinggi terkena obesitas.
Prinsip dasar dalam penanganan obesitas yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah mengurangi kebutuhan energi sebesar 500-1000 kkal dari kebutuhan harian, dimulai dengan menghindari makanan sumber karbohidrat sederhana seperti gula pasir, gula merah, sirup, kue manis dan gurih, madu, selai, dodol, cokelat, dan makanan manis lainnya.
Konsumsi makanan sumber lemak juga harus dikurangi dengan menghindari pengolahan makanan yang digoreng dan penggunaan santan kental, mentega, dan margarin. Prioritaskan konsumsi sumber protein tanpa lemak seperti ikan, putih telur, ayam tanpa kulit, susu dan keju rendah lemak, tempe, tahu, dan olahan kacang-kacangan.
Mengutip catatan dr.Ulfatun Nisa (UPF Tawang Mangu) yang ditayangkan di laman sardjito.co.id, selain perubahan gaya hidup, penggunaan bahan alami juga dapat membantu dalam pencegahan obesitas.
Beberapa bahan alami yang memiliki efek positif dalam melancarkan sistem pencernaan tubuh adalah jeruk nipis, yang kaya akan vitamin C dan antioksidan, serta mengandung senyawa kimia seperti limonene, linalin asetat, dan asam sitrat.
Teh hijau, yang tinggi kandungan epigalokatekin gallate (EGCG), dapat meningkatkan metabolisme tubuh dan menurunkan kolesterol, sehingga efektif dalam mengatasi obesitas.
Daun jati belanda mengandung senyawa tanin dan serat yang dapat mencegah penyerapan lemak, gula, dan kolesterol.
Penelitian juga menunjukkan bahwa temulawak dapat menekan nafsu makan dan menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah.
Studi lain menemukan bahwa ekstrak kulit manggis dapat menurunkan kadar kolesterol dan membantu meluruhkan lemak dalam tubuh.
Minyak flavonoid licorice juga terbukti bermanfaat dalam mengurangi lemak tubuh secara signifikan. Rosemary juga menunjukkan potensi dalam pengobatan obesitas dan diabetes mellitus karena sifat anti-hiperlipidemia dan anti-hiperglikemiknya.
Tanaman herbal dapat menjadi pilihan untuk mencegah dan mengurangi penumpukan lemak dalam tubuh. Banyak bahan alami tersebut dapat dengan mudah ditemukan di sekitar kita.
Beberapa tanaman obat dapat menghambat aktivitas lipase pankreas, seperti chitosan, teh mate yang tinggi kandungan kafein, teh oolong, teh jasmine, dan teh hijau. Tanaman obat ini dapat mencegah penyerapan lemak di usus, sehingga lemak yang tidak terserap akan dikeluarkan melalui feses.
Rumput laut dan kedelai dapat meningkatkan termogenesis dengan meningkatkan pembakaran kalori dan lemak tubuh.
Tanaman obat seperti kunyit, paprika, minyak kelapa sawit, bawang putih, biji rami, dan kedelai hitam dapat mencegah diferensiasi adiposit, yaitu pembentukan sel-sel lemak.
Kayu manis dan beberapa jenis teh herbal dapat meningkatkan metabolisme lipid dan mempercepat lipolisis dalam sel lemak.
Selain bahan alami di atas, terdapat juga beberapa tanaman obat yang telah terbukti efektif dalam program penurunan berat badan berdasarkan penelitian, seperti rimpang lengkuas, tanaman dringo (Acorus calamus), jintan hitam (habbatussauda), ekstrak air jati Belanda, kemuning, dan kelembak.
Menggunakan bahan alami dan tanaman obat sebagai bagian dari program penurunan berat badan dapat memberikan manfaat yang signifikan dalam upaya mengatasi obesitas. (ret/hdl)