Surabaya (pilar.id) – Sejarah panjang Kota Surabaya menyuguhkan banyak cerita. Tentang kejayaan pedagang di abad pertengahan, hingga sejarah keislaman di bumi nusantara.
Sebagian, terekam rapi di Museum NU yang berlokasi di Jl Gayungsari Timur 35, Surabaya. Museum ini menjadi etalase perjalanan panjang Nahdlatul Ulama, ormas Islam terbesar di Indonesia, yang berperan besar menjaga kedaulatan Negeri Indonesia.
Begitu melangkahkan kaki, kita bisa melihat potret para tokoh penting NU. Lukisan wajah para Kiai yang memiliki peran besar bagi NU berjajar di sepanjang dinding yang ada di lantai satu. Kemudian etalase tradisi, budaya, hingga gambaran penyebaran Agama Islam.
Beberapa karya ilmiah dan dokumen penting tentang NU juga tersimpan rapi di tempat ini. Sebagian adalah hasil penelitian dari berbagai perguruan tinggi di dalam dan luar negeri. Khususnya yang berhubungan tentang NU, ulama, dan kehidupan pesantren.
Termasuk naskah kuno kitab-kitab yang menjadi bahan ajar di kalangan Pesantren NU hingga hari ini seperti naskah Kitab Tafsir Jalalain, juga manuskrip fiqih islam pertama yang ada di pulau jawa.
Di lantai dua, kita akan disambut dengan aneka pusaka serta benda-benda bersejarah yang pernah digunakan oleh para tokoh NU. Seperti tasbih yang dulu digunakan oleh K.H. Ahyad Halimy. Tasbih yang menjadi saksi perjalanan K.H Ahyad ketika ditugasi K.H. Hasyim Asy;ari mendirikan NU di wilayah Mojokerto.
Museum NU ini tidak saja menyimpan rapi naskah-naskah akademik dan dokumen penting organisasi. Tetapi, juga benda-benda bersejarah dan penuh kisah mistik yang mengiringi perjalanan para tokoh Nahdlatul Ulama selama menjalankan organisasi yang hari ini, 31 Januari 2022 genap berusia 96 tahun. (fat/hdl)