Jakarta (pilar.id) – Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo mengatakan, kasus hepatitis akut menjadi momentum untuk menjaga ketahanan negara di bidang kesehatan. Karena itu, ia mendorong agar Indonesia bisa membuat vaksin sendiri dan tidak bergantung pada luar negeri.
“Ahli kita nggak kalah kok, tinggal mau atau tidak,” kata Rahmad, di Jakarta, Kamis (19/5/2022).
Ia mengkritisi terkait program vaksinasi Covid-19 yang terlambat. Begitu program vaksinasi hampir selesai, vaksin buatan dalam negeri juga baru tersedia.
“Persoalannya kita begitu hampir selesai vaksinasi, baru habis itu, baru selesai (uji klinis) proses vaksinasinya atau penciptaan (vaksin) Merah Putih ini,” kata dia.
Indonesia harus siap menghadapi berbagai penyakit yang berbasis virus. Pemerintah dan ahli harus berkoordinasi untuk menciptakan berbagai vaksin yang dibutuhkan ke depan.
“Kalau soal ilmu menciptakan vaksin kan ‘podo wae’ (sama saja), dari profesor luar negeri sama profesor kita bagaimana menciptakan vaksin sama saja,” tutur politikus PDI Perjuangan itu.
Sementara itu, Sekretaris Ditjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, usia paling rentan tertular hepatitis akut di bawah 5 tahun. Padahal, mereka tidak melakukan pertemuan tatap muka (PTM) di sekolah.
“Artinya risikonya sama,” kata dia. Siti Nadia menambahkan, pihaknya akan berkoordinasi dengan Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) untuk memaksimalkan pencegahan hepatitis di lingkungan sekolah. Ia berharap Unit Kesehatan Sekolah (UKS) dapat diperkuat melalui bekerja sama dengan Puskesmas terdekat.
“Kalau ada kasus segera lakukan tracing, kontak investigasi. Dan nggak perlu dilakukan penutupan sekolah. Karena kalau Covid kan kalau kasusnya lebih dari 5 persen baru ditutup,” kata Siti Nadia. (ach/hdl)