Jakarta (pilar.id) – Kepala salah satu cabang bank pelat merah di Kota Batu ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan. Penetapan tersebut dilakukan oleh Kejaksaan Tinggi Jawa Timur, terkait dengan kasus kredit macet modal kerja pola keppres dari yang diberikan bank tersebut kepada PT Adhitama Global Mandiri (AGM).
Selain kepala cabang bank berinisial F, 45 tahun tersebut, Kejati Jatim juga menetapkan tiga orang lain sebagai tersangka. Mereka adalah FNS, 39 tahun selaku penyelia analis kredit Bank Daerah Cabang Batu, JS, 35 tahun selaku Direktur PT Adhitama Global Mandiri, serta WP, 52 tahun selaku debitur.
Para tersangka tersebut saat ini sudah ditahan oleh Kejat Jatim. Diperkirakan, atas perbuatan tersangka, kerugian negara dari kasus ini mencapai Rp5,4 miliar lebih.
“Keempat tersangka dilakukan penahanan selama 20 hari di Cabang Rutan Kelas 1 Surabaya,” kata Kepala Kejati Jatim Mia di Surabaya, Rabu (13/7/2022).
Selain itu, untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, empat tersangka dijerat dengan Pasal 2 ayat (1), pasal 3 UU RI No 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, sebagaimana telah diubah dengan UU RI No 20 Tahun 2001 jo. Pasal 55 ayat (1) Ke-1 KUHP.
Kasus ini terjadi pada tahun 2020, yakni saat WP mengetahui proses tender tiga kegiatan yang dibiayai APBN, yaitu pembangunan Gedung Praktik Pembelajaran (SBSN) Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Blitar Kabupaten Blitar TA 2020 dengan nilai Rp3.549.842.000. Kemudian pembangunan UM Mart Universitas Negeri Malang TA 2020 dengan nilai Rp7.074.357.000.
Kegiatan ketiga, kata Mia, yakni pembangunan Gedung Gelanggang Prestasi Fakultas Administrasi Universitas Brawijaya Malang TA 2020 dengan nilai Rp10.236.160.000.
“Saat itu WP tidak mempunyai badan usaha, selanjutnya bersama Yoyok (almarhum) mendatangi JS untuk meminjam bendera PT AGM. Selanjutnya WP bersama Yoyok mendatangi Bank Daerah Capem Bumiaji dan menunjukkan SPJ pekerjaan MAN 3 Blitar,” katanya.
Ketiga pemilik agunan dari tiga proyek pekerjaan itu bukan pemilik atau pengurus PT AGM, dan sesuai ketentuan, aset-aset tersebut tidak dapat dijadikan agunan kredit PT AGM.
Mia menjelaskan saat itu juga petugas kredit tidak melakukan pemblokiran rekening PT AGM meskipun persyaratan di BPP. Dengan tidak diblokirnya rekening debitur, menyebabkan WP dapat mencairkan seluruh termin proyek yang dibayarkan tanpa dipotong untuk angsuran kredit KMK pola keppres.
Akibat tidak diblokirnya rekening debitur atas nama PT AGM, WP dapat mencairkan seluruh termin proyek yang cair di giro tanpa dipotong untuk angsuran kredit.
Terhadap rekening giro atas nama PT AGM dilakukan pemblokiran pada Februari 2021 dan terbayar Rp 827.000.000.
“Sementara sisa yang belum terbayar dan merupakan kerugian negara dari bank cabang Batu itu sejumlah Rp5.487.000.000,” katanya. (fat)