Balikpapan (Pilar.id) – Komisi Pengawas Persaingan Usaha KPPU Kanwil V Balikpapan memantau ketersediaan bahan pokok dan penting di wilayah Kalimantan dalam upaya early warning system bapokting jelang datangnya bulan Ramadhan 1444 H.
Pemantauan ini bertujuan sebagai deteksi dini terhadap adanya potensi maupun ancaman terhadap stabilnya pasokan serta harga – harga bapokting sebagai antisipasi yang dapat dilakukan KPPU sebelum bulan Ramadhan dan Idul Fitri 1444 H tiba. Informasi dari masyarakat sangat penting dalam melakukan early warning system ini.
Berdasarkan pengalaman pada periode sebelumnya, beberapa komoditi dalam bapokting menjadi perhatian khusus dimana ketika cuaca sedang curah hujan tinggi seperti saat ini tentu umumnya berpengaruh pada ketersediaan maupun harga barang tertentu. Komoditi yang rentan terpengaruh cuaca curah hujan tinggi diantaranya adalah cabe baik cabe rawit, cabe besar maupun cabe keriting serta beras. Beras telah dilakukan antisipasi oleh pemerintah dengan memasukkan atau impor untuk menjaga stok di dalam negeri disamping telah mulai masuknya masa panen padi di berbagai daerah.
Sesuai data dari pantauan Kanwil V, terlihat bahwa meski hari pertama bulan Ramadhan belum tiba namun berbagai komoditi sudah mengalami kenaikan harga, pedagang menyebutnya sudah biasa terjadi jelang puasa dan lebaran. Sesuatu kebiasaan yang seolah – olah menjadi kenormalan bagi sebagian masyarakat, untuk ke depannya sebaiknya hal ini jangan lagi dianggap sebuah hal yang biasa.
Khusus untuk minyak goreng, minyak goreng kemasan dengan merk selain Minyakita tersedia dengan cukup banyak dengan rentang harga antara Rp18.000 /liter s.d. Rp22.000 /liter tergantung merk. Sedangkan untuk merk Minyakita, menurut pantauan Kanwil V, saat ini Minyakita dijual dengan harga Rp14.000/liter s.d. Rp17.000/liter.
HET dari Minyak goreng curah maupun Minyakita sendiri adalah Rp. 14.000/liter. Stok Minyakita sendiri terpantau sudah mulai tersedia di toko tertetu namun masih terbatas.
Sementara ketersediaan beras berdasarkan pantauan di pedagang terlihat aman dengan harga sekitar Rp10.000/kg s.d. Rp15.000/kg untuk medium dan premium, dimana HET beras adalah Rp9.950/kg jenis medium dan Rp13.300/kg jenis premium.
Terkait dengan daging, harga daging sapi terpantau Rp150.000/kg s.d. Rp170.000/kg untuk daging lokal (daging segar) namun untuk daging beku bisa diperoleh dengan harga lebih murah, kemudian untuk daging ayam sekitar Rp40.000/ekor s.d. Rp55.000/ekor lalu untuk telur ayam ras adalah Rp50.000/tray .s.d Rp58.000/tray.
Ketersediaan daging sapi, daging ayam dan telur ayam dari informasi yang didapat tidak ditemukan permasalahan, hanya dikeluhkan harga daging ayam dan telur telah mulai merangkak naik. HET untuk daging ayam sendiri adalah Rp35.000/kilogram dan Rp21.000/kg untuk telur ayam. Jenis daging ayam yang dijual di pasar tradisional sendiri terdiri dari dua jenis yaitu ayam pedaging (broiler) serta ayam petelur afkir (layer).
Pada produk bawang, harga bawang putih sudah mengalami kenaikan harga sedangkan bawang merah masih stabil. Harga bawang putih terpantau Rp30.000/kg s.d. Rp40.000/kg dan bawang merah Rp35.000/kg s.d. Rp38.000/kg.
Secara umum, dari data seluruh wilayah di Kalimantan, di berbagai daerah sudah menunjukkan kenaikan pada harga beras, cabe, bawang putih, daging ayam dan telur ayam.
Pada pemantauan kali ini, Kanwil V memberi atensi lebih terhadap adanya upaya – upaya kenaikan harga bapokting yang tidak wajar dan tidak didasarkan sebab yang jelas. Bapokting berdasarkan data time series, mengalami kenaikan di momen mendekati Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Gejolak di momen besar ini dapat mengganggu usaha yang dilakukan semua pihak untuk mengendalian tingkat inflasi yang disumbang oleh bahan makanan. Hal ini pasti berdampak pada berkurangnya daya beli masyarakat terutama masyarakat berpenghasilan rendah. Selanjutnya Kanwil V mencermati potensi adanya praktek bundling atau tying yang dilakukan pada barang kebutuhan primer masyarakat yang dapat memberatkan atau merugikan masyarakat. Kanwil V akan selalu mengawasi adanya gejala penahanan atau pengaturan pasokan pada komoditi bapokting yang mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
Umumnya rantai pasok pada komoditi Bapokting cukup panjang dari produsen hingga ke pengecer. Hal ini membuat harga di tingkat konsumen menjadi kurang efisien karena terdapat margin di berbagai lini distribusi, belum termasuk biaya transportasi dan distribusi. Disparitas harga di produsen dan pengecer untuk berbagai komoditi bapokting khususnya produk pertanian cukup tinggi.
Karena itu, Pemerintah daerah jelang Ramadhan telah terpantau melakukan berbagai aktivitas dan upaya baik pasar murah atau operasi pasar dengan tujuan untuk mengendalikan gejolak pasokan dan harga pada barang – barang yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Kanwil V mengusulkan agar pemerintah daerah dapat menjembatani para pelaku pasar agar dapat memperoleh pasokan komoditi bapokting dari sumber – sumber langsung sehingga mendapat harga yang kompetitif dan stabil baik dari sisi kualitas maupun kuantitas.
Bapokting memang terpantau terkendali dari segi jumlah pasokan, walaupun terlihat harga perlahan mengalami peningkatan untuk beras, cabe, daging ayam dan telur. Tentu saja Kanwil V tetap menghimbau kepada para pelaku baik produsen dan distributor agar tidak menjadikan momen datangnya hari besar keagamaan yang sebentar lagi tiba sebagai pembenar dalam menaikkan harga tanpa sebab yang wajar, apalagi dilakukan melalui pengaturan pasokan atau harga untuk menangguk keuntungan berlebih. Sebaliknya, para pelaku usaha di Kaltim sebaiknya turut berpartisipasi menjaga tingkat inflasi dan daya beli masyarakat dengan memberikan harga yang wajar. (r/din)