Surabaya (pilar.id) – Bermimpi tinggi bukan sebuah kesalahan. Hal itu juga yang diyakini Ari Sufiati, alumni Universitas Airlangga (Unair) tahun 1996 yang saat kini bekerja di Apple Inc, di Amerika Serikat.
Berawal dari memiliki keinginan bisa menguasai bahasa asing sejak umur 5 tahun dan melihat sang ibu yang pernah mendapatkan beasiswa di Australia, Ari kecil mulai bermimpi ingin berkarir di luar negeri.
“Tak hanya itu, motivasi saya juga ingin sekali mengenalkan budaya Indonesia agar orang luar itu tahu ini kita, orang indonesia itu juga kalah dengan mereka,” ujar Ari, panggilan akrabnya.
Meski begitu, tak mudah baginya untuk langsung berkarir di luar negeri. Maklum, ia tumbuh di lingkungan keluarga yang tak mudah membebaskan dirinya berkelana ke luar negeri begitu saja.
“Maka saya cari informasi pendidikan dan ada Youth Exchange Program. Waktu itu dibawahi oleh Menteri Pendidikan dan Budaya (Mendikbud), sekarang dibawah Kementrian Pemuda dan Olahraga. Ada pilhan ke Kanada, Australia, Jepang, kemudian saya pilih Australia,” sebut Ari yang kini aktif sebagai UI dan UX Producer di Apple Inc itu.
Lebih rinci ia menjelaskan, saat berada di Australia, ia mengambil kesempatan untuk magang di sebuah surat kabar di Australia dan di radio lokal. Tempat magang ini tentu selaras dengan jurusan perkuliahannya, Ilmu Komunikasi.
“Program pertukaran pemuda itu ada kesempatan untuk magang kerja sesuai bidang minati. Salah satu cita-cita saya ingin mengenalkan informasi dan budaya Indonesia kalau kita itu ada, salah satunya lewat media massa. Saya dapat kesempatan magang di surat kabar dan radio lokal sana,” sebutnya.
Meski lulus sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi, bukan berarti ia tak memiliki kesempatan untuk bekerja di Apple Inc. Ia bercerita, setelah dirinya tahun 1990-an, ia sempat bekerja di sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di bawah naungan Amerika Serikat.
“Di sana belajar banyak. Saya sempat belajar PHP, local area network, dimana www, line, kemana data base, dan seperti itulah yang membuat saya semakin tertarik di bidang teknologi,” terangnya.
Dalam youtube UNITE – Podcast UNAIR, Ari menyampaikan beberapa tips berkarir di luar negeri untuk pertama kali, khususnya di Amerika. Yaitu melalui pendidikan, karena menurutnya visa pelajar bisa dibuat untuk magang, seperti magang di Apple Inc.
“Kendala di AS untuk langsung bekerja itu di visanya, karena pemerintah kita tidak mempunyai jalur khusus, Kalau magang kerja disini, hiring manager atau company tidak melihat magang atau tidaknya, kamu memiliki kesempatan yang sama. Banyak cerita kesuksesan, magang hanya 3 bulan di Apple atau di Google, dia dapat full time. Lalu perusahaan besar menunggumu untuk lulus, jadi sebelum lulus sudah dijamin dapat kerja,” jelasnya.
Namun untuk yang profesional muda atau advance karir, salah satu caranya dengan bekerja di perusahaan multinasional yang memiliki kerjasama dengan Amerika Serikat atau negara lain. Misal ingin bekerja kerja di Fedex atau Apple, bisa kerja di Apple di Singapura atau multinasional di Indonesia.
“Biasanya multinasional itu punya program global exchange atau internal recruiting. Ada di perusahaan besar itu seperri Facebook mereka ada tantangan bagi pemagang, yang menang bisa langsung presentasi dengan CEO nya, jadi tidak main-main, magang itu seperti sudah bekerja,” jabar Ari yang pernah mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pencak Silat Perisai Diri itu.
Selama tinggal di Amerika sejak tahun 2005, Ari mengaku tak terlalu mengalami shock culture. Karena sebelum dirinya memutuskan untuk tinggal di California, tepatnya di Silicon Valley, ia sempat mempelajari beberapa kebiasaan di wilayah tersebut. Seperti harus memberikan tip kepada pelayan restoran, atau yang lain.
“Orang sini sukanya bagaimana kalau bicara, banyak di sini orang asia dari Vietnam atau China, kemudian apakah banyak orang Demokrat atau Republik, di daerah sini, apa sih Demokrat atau Republikan, jadi saya belajar dulu. Lumayan culture shocknya tidak bikin saya panik atau terkucilkan,” kenangnya.
Ari mengaku tak pernah menyesal menjadi lulusan ilmu komunikasi. Meskipun saat ini dirinya bekerja di bidang teknik komputer, karena menurutnya semua sudah ada jalannya. Hanya bagaimana kita menjalani garis kehidupan tersebut.
“Kalau saya kuliah teknik komputer pun, belum tentu saya bisa di sini. Jadi jangan berfikir untuk menyesali yang sudah dijalani, bisa saja ilmu tersebut dapat kita kembangkan di tempat kerja. Motto saya, sky is not the limit, serta selalu percaya dengan kemampuan sendiri, jangan pantang menyerah,” tutup Ari. (jel/hdl)