Semarang (pilar.id) – Mahasiswa Tim II Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Universitas Diponegoro (Undip) tahun 2023 telah melaksanakan kegiatan penyuluhan dan pelatihan mengenai teknologi digital serta penggunaan media sosial Facebook.
Kegiatan ini diselenggarakan dengan tujuan untuk mengakomodasi harapan warga Desa Gebangharjo dalam mempublikasikan Kesenian Srandulan melalui platform online agar dikenal oleh masyarakat luas.
Kesenian Srandul, Srandulan, atau Srandil merupakan salah satu aset budaya yang dimiliki oleh Desa Gebangharjo.
Kesenian ini menghadirkan drama tari rakyat dengan tema ‘Ngesti Budoyo’, yang menggambarkan perjalanan dunia pernikahan manusia. Pertunjukan Srandulan melibatkan 23 penampil, terdiri dari 6 pemeran tokoh, pemain musik gamelan dan angklung, serta ibu-ibu pengiring tembang.
Namun, perkembangan zaman telah menyebabkan tradisi Kesenian Srandulan terpinggirkan. Oleh karena itu, muncul keinginan kuat dari warga Desa Gebangharjo, khususnya anggota komunitas kesenian Srandulan, untuk menghidupkan kembali dan mempopulerkan Kesenian Srandulan. Namun, minimnya pemahaman terhadap teknologi digital menjadi kendala dalam upaya publikasi.
Perkembangan teknologi digital telah mengubah banyak aspek kehidupan, termasuk budaya, dalam beberapa dekade terakhir. Teknologi ini membuka peluang bagi komunitas untuk melestarikan dan mempromosikan identitas budaya mereka. Dengan bantuan media sosial, blog, dan platform berbagi konten lainnya, komunitas dapat berbagi cerita dan tradisi mereka.
Dalam kerangka Kuliah Kerja Nyata Tim II Undip 2023, Maylatasya Regina Yuditha, seorang mahasiswa Undip, menjalin kolaborasi dengan komunitas Kesenian Srandulan Desa Gebangharjo untuk memberikan edukasi tentang teknologi digital. Tujuan dari kerjasama ini adalah agar anggota komunitas dapat memanfaatkan teknologi digital untuk mempublikasikan kegiatan Kesenian Srandulan.
Edukasi tersebut dilaksanakan di kediaman salah satu warga, Bu Sar, dan mendapatkan sambutan yang hangat dari masyarakat. Mayoritas anggota Srandulan telah memiliki smartphone yang memungkinkan mereka untuk mengambil bagian dalam program ini.
Salah satu anggota komunitas, Mbok Sri, mengungkapkan, “Kami sering merekam video saat latihan, tetapi hanya diunggah dalam status WhatsApp.” Ujarannya mencerminkan semangat anggota komunitas dalam mendokumentasikan kegiatan latihan Kesenian Srandulan.
Setelah mendapatkan edukasi mengenai teknologi digital, para peserta dilatih dalam pengambilan video dan foto, serta penggunaan platform Facebook sebagai sarana publikasi Kesenian Srandulan. Tim mahasiswa telah membuat akun Facebook khusus untuk Kesenian Srandulan yang diberi nama “Gebangharjo Srandulan.” Peserta pelatihan, yang terdiri dari bapak-bapak dan ibu-ibu, dibagi ke dalam beberapa kelompok dengan bimbingan dari mahasiswa. Masing-masing kelompok diberi panduan tentang cara mengambil dokumentasi, menggunakan Facebook, dan mengunggah konten ke media sosial.
Dengan harapan bahwa melalui program ini, anggota kesenian Srandulan dapat memahami teknologi digital dan memanfaatkan akun media sosial yang telah dibuat untuk mempublikasikan kegiatan mereka. Ini bertujuan agar potensi Kesenian Srandulan dan Desa Gebangharjo secara lebih luas dikenal oleh masyarakat. (ipl/hdl)