Surabaya (pilar.id) – Melalui Shelter Rumah Hati, Fakultas Psikologi Universitas Surabaya (Ubaya) menggelar pementasan drama ‘Hikayat Selembar Tubuh’.
Drama ini diperankan oleh lima anak binaan Rumah Hati usia 13-16 tahun yang merupakan Anak Berkonflik dengan Hukum (ABH) yang dilakukan di Ruang Serbaguna Fakultas Psikologi Ubaya pada Kamis (16/3/2023).
Seperti yang disampaikan oleh Prof Yusti selaku supervisi dan pendiri rumah Hati, jika teater tersebut mendapat pendanaan dari Korea Hope Foundation yang disutradarai oleh Achmad Zainuri, dengan supervisi Prof. Dr. Yusti Probowati Rahayu, Dr. Dra N. K. E. Triwijati, M.A., serta Dra. Ayuni, M.Si.
Selain itu, dalam drama yang berdurasi 1 jam 20 menit ini, yang menceritakan kehidupan lima anak, yakni Linggar, Gatan, Charly, Ilham, dan Jian yang mengisahkan masalah kerumitan hidupnya masing-masing, seperti Gatan dengan kasus kriminalnya sehingga menyulitkan lingkaran keluarganya.
“Linggar dan Ilham yang membeli barang curian dan dituduh oleh pihak yang berwajib sebagai tukang tadah. Sedangkan, Charly mengambil uang di kotak amal,” sebutnya Prof.Yusti.
Lebih lanjut, ia menyampaikan, bila lima anak tersebut merepresentasikan kisah nyata mereka yang pernah melakukan pelanggaran hukum, menentang orang tua, dan sebagainya.
“Drama ini sebagai terapi yang bertujuan untuk rehabilitasi dan alat untuk mendidik mereka agar bisa bertanggung jawab. Ketika menceritakan peristiwa yang menurut mereka aib, hal itu sebagai latihan bagi mereka untuk dapat menerima diri sendiri,” ujarnya.
Soal naskah, lanjut Prof Yusti, anak-anak diberi kebebasan untuk menentukan naskah berdasarkan kesediaan bercerita, serta ada pelatih yang menyempurnakan naskah yang didapat dari anak-anak.
“Ada yang berani terbuka dan tidak, persiapannya sendiri dilakukan selama empat bulan bersama sutradara Achmad Zainuri. Mereka dilatih untuk menghafal naskah, olah vokal, kerja sama dalam tim, serta disiplin,” terangnya.
Adanya pementasan drama ini, Prof. Yusti berharap dapat menghapus stigma masyarakat tentang anak-anak yang bermasalah dengan hukum.
“Anak-anak bisa salah karena lingkungannya juga. Ketika mereka diberikan lingkungan yang baik, pasti juga jadi baik. Melalui drama ini, semoga mereka bisa kembali ke masyarakat dan diterima dengan baik,” tutupnya. (jel/hdl)