Surabaya (pilar.id) – Memasuki hari ketujuh Idul Fitri 1444 Hijriyah, meja-meja dijajar memanjang di pinggir Jalan Sukolilo. Toko oleh-oleh yang berderet menuju Jembatan Suroboyo itu tertutup oleh riuhnya ibu-ibu yang sibuk menyiapkan menu ketupat, untuk dinikmati bersama seluruh warga.
Hari itu, Kampung Sukolilo punya hajatan tahunan dalam memperingati lebaran ketupat, yang sudah menjadi tradisi temurun sejak berpuluh-puluh tahun silam.
Zuliyah, nenek berusia hampir 70 tahun termasuk warga asli Sukolilo yang masih aktif ikut memotong ketupat, menata irisannya ke dalam nampan plastik ukuran besar.
Dirinya tidak tahu pasti kapan mulai ada tradisi ini di kampungnya. Yang dia ingat, dulu semasa kecil, ibunya yang memasak ketupat dengan beragam menu pendampingnya.
Dan Zuliyah kecil lah yang dulu kebagian tugas melayani tetangga yang bertamu ke rumahnya, untuk menikmati menu kupat masakan ibunya.
Dan hari ini, giliran Zuliyah yang kebagian tugas masak. Anak serta cucunya, dengan sukarela menyiapkan untuk warga yang mulai antri menikmati ketupat gule sapi masakannya.
Untuk menu hari ini, dia menyiapakan 5 kilogram daging sapi serta 5 kilogram beras sebagai bahan utama ketupat.
“Jam sepuluh pagi mulai masak, jam satu siang gule sapi sudah matang,” katanya. Sementara untuk ketupat sudah disiapkan dari kemarin.
Zuliyah bukan satu-satunya warga Sukolilo yang hari ini menyiapkan sajian ketupat. Bersama puluhan warga lain dari RW 02 Kelurahan Sukolilo Baru, mereka meramu menu yang cocok untuk dinikmati bersama ketupat. Ada yang memasak sambal goreng, sayur lodeh, sampai bakso.
Di hari istimewa lebaran ketupat ini, tak hanya warga sekitar yang boleh mencicip sepuasnya. Wisatawan Pantai Kenjeran, pendatang yang menikmati Jembatan Suroboyo, serta pengguna jalan yang kebetulan lewat, juga dipersilahkan untuk antri, menikmati ketupat dengan cuma-cuma.
“Karena ini bagian dari sedekah. Wujud syukur atas nikmat yang sudah diberi,” kata Zuliyah. (ton/hdl)