Surabaya (pilar.id) – Setiap tahun, tanggal 1 Oktober diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila di seluruh Indonesia. Dalam menghadapi peringatan ini, Dr. Listiyono Santoso, seorang pakar dari Universitas Airlangga, memberikan penjelasan mengenai makna dan esensi sebenarnya dari Hari Kesaktian Pancasila.
Dalam keterangannya, Minggu (1/10/2023), Listiyono menjelaskan bahwa penggunaan kata sakti dalam konteks Pancasila bermula pada peristiwa G30S PKI. Saat itu, PKI mencoba mengganti ideologi nasional dengan ideologi komunis, namun upaya tersebut gagal.
Listiyono menekankan bahwa terminologi sakti dalam hal ini bukanlah sesuatu yang mistis atau berhubungan dengan kekuatan gaib. Lebih dari itu, Pancasila adalah seperangkat nilai-nilai yang bersifat ideal, realistis, dan fleksibel, yang dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman.
“Pancasila bukanlah sesuatu yang memiliki kekuatan magis seperti yang sering terlihat dalam film. Istilah ‘sakti’ dalam konteks ini mengacu pada ketidaktergantungannya dan kemampuannya untuk beradaptasi dengan perubahan zaman,” ujar dosen filsafat Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga.
Wakil Dekan bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga tersebut juga menjelaskan bahwa meskipun dalam era globalisasi yang semakin maju, nilai-nilai Pancasila tetap kokoh dan tidak akan berubah. Pancasila, menurutnya, berfungsi sebagai sistem kekebalan tubuh bangsa Indonesia yang akan menyaring ideologi-ideologi yang datang dengan arus globalisasi.
“Meskipun kita berada dalam era ideologi baru yang muncul, Pancasila tetap menjadi acuan utama. Nilai-nilai Pancasila sudah ada dalam masyarakat sejak zaman dulu,” tambahnya.
Listiyono juga menekankan peran penting mahasiswa sebagai agen perubahan dalam menjadikan Pancasila sebagai panduan dalam perjuangan. Dia menyatakan bahwa setiap sila dalam Pancasila harus menjadi landasan dalam menentukan arah perubahan.
“Sila pertama dan kedua mengatur aspek moral, sila ketiga dan keempat mengatur sistem politik, dan sila kelima mengarahkan kita pada tujuan politik, yaitu keadilan sosial,” pungkasnya.
Dengan penjelasan ini, Hari Kesaktian Pancasila bukan hanya peringatan seremonial, tetapi juga menjadi momen untuk merenungkan makna sebenarnya dari Pancasila sebagai ideologi nasional yang kuat dan relevan dengan perkembangan zaman. (ipl/ted)