Jakarta (pilar.id) – Beberapa waktu terakhir, sepertinya Ibu Negara, Iriana Joko Widodo aktif berkomentar di ranah publik. Apakah aktifnya Iriana di ranah publik tersebut mengarah pada pencalonan dirinya sebagai presiden di Pilpres 2024?
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah memandang, bukan perkara mustahil bagi Presiden Jokowi menyiapkan Iriana masuk dalam bursa calon presiden 2024. Pasalnya, hal itu sudah lakukan Jokowi pada Gibran Rakabuming Raka yang sukses menjadi Wali Kota Surakarta dan Bobby Nasution sebagai Wali Kota Medan.
“Kekuasaan keluarga sudah dibuktikan oleh Jokowi dengan merestui putra dan menantu menguasai dua kota,” kata Dedi kepada Pilar.id, Senin (27/12/2021).
Akan tetapi, kata Dedi, publik tidak akan mudah dipengaruhi begitu saja. Meskipun Jokowi masih yang tertinggi elektabilitas dan popularitasnya, tetapi survei IPO mencatat, tingkat kekecewaan publik pada mantan Gubernur DKI Jakarta itu juga meningkat, sehingga tidak mudah untuk membawa Iriana ke bursa capres.
“Dan juga, partai politik tentu akan berlomba mengusung kader sendiri, kecuali Iriana muncul sebagai tokoh yang luar biasa di tahun-tahun mendatang,” kata dia.
Hal serupa juga diutarakan oleh Direktur Eksekutif Arus Survei Indonesia (ASI) Ali Rif’an. Ali bilang, bisa saja Iriana maju menjadi capres dengan memaksimalkan kanal media sosial untuk melakukan sosialisasi kepada publik.
“Kalau membaca apakah ada kaitannya (kemunculan Iriana di publik beberapa waktu terakhir) dengan pilpres, itu juga bisa saja,” kata Ali.
Kendati demikian, ia melihat, tantangan Iriana akan kompleks jika mau masuk di pilpres 2024. Paling tidak, ada dua tantangan yang dihadapi Iriana. Pertama tentu saja soal kendaraan politik, karena Iriana bukan merupakan seorang istri ketua umum partai. Di sisi lain, PDIP tidak mungkin memilih Iriana sebagai capres.
“Pasti Megawati Soekarnoputri memilih Puan Maharani kalau memang mau mengusung capres perempuan. Partai yang lain juga agak sulit,” tegas Ali.
Kedua, yaitu soal elektoral. Iriana menurut Ali, belum teruji secara elektoral, mulai dari sejauh mana popularitasnya, aksebilitasnya, dan tingkat elektabilitasnya. Kata dia, ketiga level ini harus diuji terlebih dahulu jika ingin mencalonkan diri sebagai presiden.
“Termasuk nanti soal apakah Jokowi merestui. Kalau merestui, pastinya akan menimbulkan asumsi banyak orang bahwa Jokowi memelihara dan setuju dengan dinasti politik,” ujarnya. (her)