Surabaya (pilar.id)– Menggeluti hobi hingga menjadi atlit merupakan sebuah bukti konsistensi serta kecintaan seseorang pada hobi tersebut. Hal itulah yang dilakukan Febriana Dwi Rosyanti, seorang perempuan yang menggeluti hobi Slalom dan kini telah menjadi atlit Slalom, dengan beberapa kali mengikuti kejuaraan nasional serta internasional.
“Di tahun 2018, aku menduduki peringkat dua atlit wanita Slalom secara nasional, lalu tahun 2019 aku terpilih mewakili Indonesia untuk balap di kejuaraan ASIA yang diikuti 19 negara ASIA. Lalu pernah di event seri 1 di Jogja, aku turun sebagai tim Indonesia 1 dan berhasil meraih juara pertama kategori Wanita dan juara satu kategori tim,” sebutnya.
Perlu diketahui, jika slalom dan drifting berbeda, Slalom sendiri adalah jenis olahraga otomoti yang harus menyelesaikan rintangan, dengan waktu tercepat, sehingga sebisa mungkin mobil tidak terlalu sliding, karena akan membuang waktu.
“Sedangkan drifting fokusnya justru pada keindahan sliding atau ngepotnya mobil, yang dilakukan oleh drifter, selain itu untuk drift mobil yang digunakan mobil berpenggerak roda belakang saja, sedangkan pada Slalom bisa menggunakan mobil berpenggerak roda depan maupun belakang,” jelasnya.
Ia pun bercerita pada pilar.id, mengenai ketidaksengajaan dirinya terjun dan menjadi pembalap perempuan Slalom sampat saat ini. Ia menceritakan, jika ia saat itu yang masih berusia 29 tahun, diajak oleh seorang teman untuk melihat latihan Slalom di Surabaya.
“Beberapa kali lihat dan mulai kenal, saya merasa tertarik, karena di Slalom tidak hanya mengandalkan kendaraan saja, tapi juga keahlian pembalap dalam mengendalikan kendaraannya, sehingga sebagai pembalap Slalom harus selalu mau mengembangkan kemampuannya,” ucapnya mengenang.
Dalam menggeluti hobi tersebut, Febri sapaannya ini, mengatakan jika pihak keluarga sangat mendukung, meski dalam keluarganya tidak ada satupun yang terjun kebidang tersebut. Namun dirinya, harus siap menyisihkan penghasilannya untuk sekedar membeli aksesoris kendaaraannya, seperti ban mobil yang harganya cukup menguras kantong.
“Keluarga tidak ada yang melarang, kebetulan juga suami saya juga di slalom, dan itu yang membuat ku bisa bertahan sampai 14 tahun terjun ke dunia Slalom ini. Kendala diawal, hanya sebagian penghasilan ku aku sisihkan, untuk peralatan slalom, seperti membeli roda atau kebutuhan balap lainnya,” cerita perempuan yang juga memiliki hobi traveling ini.
Meski begitu, Febriana yang saat ini, sudah menjadi ibu rumah tangga, menyebut jika dirinya hanya akan latihan di hari weekend, karena di hari biasa ia akan fokus menjadi ibu rumah tangga yang mengurus suami dan dua anaknya.
“Slogan ku, daily worker, weekend racer, jadi kegiatan Slalom hanya dilakukan di weekend aja, baik latihan maupun kejuaraan, jadi ketika weekday waktunya untuk kerja dan mengurus rumah tangga. Tapi anak-anak juga suka ikut pas latihan atau ada event kejuaraan di ibu kota, jadi bisa sekalian family time, jadi tidak ada kendala dalam mengatur waktu, antara hobi dan keluarga,” ucap perempuan asal Surabaya ini.
Hingga saat ini, Febriana yang merupakan atlit perempuan Slalom di Surabaya ini, telah tergabung di tim BTX All Star di tahun 2021, dan sempat membuka pelatihan Slalom bagi siapapun yang ingin mendalami dunia Slalom
“Kelas itu sebenernya sudah pernah berjalan, kita juga sempat adakan pelatihan dari peserta komunitas, tapi memang belum secara rutin diadakan, karena harus atur jadwal juga dengan latihan dan event kejuaraan,” terangnya.
Selain itu, diakhir wawancara ia berpesan kepada para pembalap Slalom, terkhususnya bagi pembalap perempuan, agar tetap semangat dan terus meningkatkan skill untuk membuktikan, kalau pembalap perempuan tidak kalah dengan laki-laki di dunia balap. Serta ia beharap, di Surabaya bisa memiliki tempat sirkuit untuk berlatih Slalom
“Aku juga berharap, di Jatim bisa muncul lagi bibit-bibit peslalom baru di kancah nasional maupun internasional, karena dahulu Jatim gudangnya peslalom hebat yang cukup disegani di tingkat nasional, namun memang belum banyak regenerasi, sehingga semakin berkurang, terutama untuk Peslalom wanitanya,” tutupnya. (jel/din)