Surabaya (pilar.id) – Jelang pelaksanaan Resepsi Puncak Satu Abad NU di Gelora Delta Sidoarjo, Selasa (7/2/2023) besok, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggelar Pameran Komite Hijaz.
Pameran ini, dilakukan secara serentak di dua lokasi sekaligus di Hotel Shangri-La, Surabaya dan di Halaman Pendopo Kabupaten Jombang.
H M Wafiyul Ahdi, Ketua Panitia Pameran Komite Hijaz dan Seminar Internasional Komite Hijaz di Pendopo Kabupaten Jombang menyebut bahwa Komite Hijaz adalah bukti nyata kontribusi NU kepada dunia islam Internasional.
“Panitia kecil Komite Hijaz ini adalah peran internasional ulama-ulama Indonesia dengan melaklukan diplomasi ke Raja Ibnu Saud yang ketika itu berkuasa,” terang Gus Wafi kepada Pilar.id, Minggu (5/2/2023).
Gus Wafi yang juga merupakan Ketua Umum Yayasan Pondok Pesantren bahrul Ulum, Tambak Beras, menjelaskan bahwa peran Komite Hijaz ini cukup besar untuk masyarakat islam di seluruh dunia.
Sebab, hanya Komite Hijaz yang ketika itu berani melakukan diplomasi dengan Raja Ibnu Saud untuk menyelesaikan beberapa masalah islam internasional yang pada saat ini dinilai tidak stabil.
Terutama setelah runtuhnya kesultanan Turki Usmani. Dimana, ketika itu ada gerakan anti mazhab yang diinisiasi oleh Arab Saudi setelah kepemimpinan Raja Ibnu Saud.
Keberanian para ulama dari Indonesia untuk bisa melakukan diplomasi dengan Raja Saud, menurut Gus Wafi tidak lepas dari sudah akrabnya para ulama dan kyai Indonesia dengan kondisi sosial, budaya, dan politik Arab Saudi.

Sebab, para ulama Indonesia seperti Kyai Hasyim As’ari maupun Kyai Abdul Wahab Hasbullah adalah orang-orang yang pernah menempuh pendidikan dan lama tinggal di Arab Saudi sebelum kembali ke Indonesia.
“Mbah Wahab itu juga korban deportasi pemerintah Arab Saudi setelah naiknya Raja Saud. Dimana ketika itu para ulama mazhab diusir dari Makkah, termasuk Mbah Wabah yang masih belajar di sana”.
Di sisi lain, Pameran Komite Hijaz ini juga digelar dalam rangka mengingatkan kembali kepada para generasi muda Nahdlatul Ulama bahwa sejak satu abad lalu, para ulama sudah memiliki kontribusi besar pada dunia islam internasional.
“Semangat Komite Hijaz yang menunjukkan peran ulama-ulama Indonesia dalam menyelesaikan masalah keislaman internasional ini yang ingin kita bangkitkan agar bisa jadi teladan,” lanjut Gus Wafi.
Gus Wafi pun berharap memasuki abad kedua ini, NU bisa menjadi bagian dari dunia islam secara internasional.
Termasuk memberikan warna dalam pemikiran islam internasional termasuk dalam pengembangan budaya peradaban islam.
“Selama ini kita berkiblat pada Timur Tengah. NU memiliki tokoh-tokoh yang juga berpengaruh satu abad lalu. Sehingga, memasuki abad kedua ini, NU tentu juga akan bisa melakukan hal yang sama. NU ini punya sumber daya yang luar biasa,” tutup Gus Wafi. (fat)