Pemblokiran DuckDuckGo di Indonesia oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pada pertengahan 2024 sempat menjadi perbincangan hangat. Alasan resmi yang diberikan adalah karena mesin pencari ini dianggap banyak digunakan untuk mengakses konten yang melanggar peraturan, seperti situs judi online dan pornografi.
Dalam sebuah diskusi kecil yang dilakukan pegiat IT di Surabaya, ada poin penting yang kemudian muncul. Pertama, salah satu alasan utama mengapa banyak orang menyukai DuckDuckGo adalah karena komitmennya terhadap privasi pengguna.
Mesin pencari ini tidak melacak aktivitas pengguna seperti mesin pencari lain. Karena itulah, banyak pengguna yang menggunakan DuckDuckGo untuk mengakses konten yang mungkin dibatasi di platform lain.
Kedua, konten negatif seperti judi online dan pornografi bisa ditemukan di hampir semua mesin pencari. Upaya pemblokiran DuckDuckGo sejatinya tidak serta-merta menghilangkan akses ke konten-konten tersebut.
Ketiga, pemblokiran ini tentu saja membatasi pilihan pengguna internet di Indonesia. Pengguna yang mengutamakan privasi kini memiliki satu opsi kurang untuk dipilih.
Banyak pihak yang mempertanyakan efektivitas dan keadilan dari pemblokiran ini. Karena pemblokiran sebuah mesin pencari tidak akan sepenuhnya menghentikan akses ke konten yang dianggap negatif. Pengguna selalu bisa mencari cara lain untuk mengaksesnya.
Hal ini juga memperkuat asumsi pembatasan dalam berinternet. Ingat, setiap pengguna berhak memilih mesin pencari yang mereka gunakan. Dan pemblokiran ini membatasi pilihan tersebut. Hal lain, pemblokiran hanya memunculkan kekhawatiran penyalahgunaan untuk membatasi akses ke informasi yang tidak disukai oleh pihak berwenang.
Memang, meski DuckDuckGo diblokir, masih ada banyak mesin pencari lain yang mengutamakan privasi. Masih ada Startpage atau Brave Search. User kini juga terbiasa untuk menggunakan VPN atau Virtual Private Network untuk membantu mengakses situs yang diblokir. Namun, perlu diingat bahwa penggunaan VPN juga memiliki risiko dan peraturan tersendiri.
Pemblokiran DuckDuckGo di Indonesia adalah sebuah kebijakan yang kompleks dengan berbagai implikasi. Meskipun alasan resmi yang diberikan adalah untuk membatasi akses ke konten negatif, kebijakan ini juga memiliki dampak pada kebebasan berinternet dan hak pengguna untuk memilih.
DuckDuckGo Mengedepankan Privacy
Fokus DuckDuckGo pada privasi pengguna justru menjadi bumerang dan dianggap sebagai sarana untuk mengakses konten yang dilarang. Ini adalah salah satu dilema dalam dunia digital saat ini. Ada beberapa faktor yang mungkin berkontribusi pada persepsi ini.
Banyak orang mungkin belum sepenuhnya memahami konsep privasi online dan bagaimana mesin pencari seperti DuckDuckGo bekerja. Mereka cenderung mengaitkan privasi dengan aktivitas yang tidak legal. Informasi yang salah atau tidak lengkap tentang DuckDuckGo bisa menyebar dengan cepat di media sosial dan menjadi opini umum.
Ya, kebijakan pemblokiran DuckDuckGo secara keseluruhan tanpa adanya upaya untuk memblokir konten spesifik yang melanggar aturan justru membuat mesin pencari ini terlihat seperti sarang konten negatif.
Sebenarnya, privasi dan akses ke informasi yang sehat tidak harus saling bertentangan. Idealnya, pemerintah dan penyedia layanan internet dapat bekerja sama untuk menciptakan lingkungan online yang aman, tanpa harus membatasi hak pengguna atas privasi.
Privasi adalah Hak Dasar bagi Pengguna
Sebetulnya apa keuntungan user jika menggunakan layanan yang menghormati privacy? Maaf, keuntungannya jelas lebih besar dari kekurangannya. Salah satu yang paling penting adalah perlindungan data pribadi, salah satu isu penting yang terus menguat di Indonesia.
Karena siapapun tahu, data pribadi kita sangat berharga dan dapat disalahgunakan jika jatuh ke tangan yang salah. Dengan menggunakan layanan yang menghormati privasi, data kita tidak akan dilacak, dijual, atau digunakan untuk kepentingan komersial tanpa izin.
Menggunakan layanan yang menghormati privasi biasanya memiliki tingkat keamanan yang lebih tinggi. Ini berarti kita lebih terlindungi dari serangan siber seperti phising dan malware. Dan karena alasan tidak melacak riwayat pencarian, hasil yang diberikan akan lebih relevan dan tidak dipengaruhi oleh profil pengguna. Bagian yang paling menyenangkan, bebas dari iklan yang kadang menjengkelkan.
Jadi, kekuatan search engine ini, pertama, tidak ada pelacakan. Ini adalah fitur paling dasar dari DuckDuckGo. Tidak seperti mesin pencari lain yang melacak setiap pencarian dan aktivitas pengguna, DuckDuckGo tidak menyimpan riwayat pencarian atau data pribadi pengguna.
Lalu enkripsi HTTPS. Semua pencarian di DuckDuckGo dienkripsi menggunakan HTTPS. Ini berarti data pencarian Anda akan terlindungi dari pihak ketiga yang mencoba mengintersep data tersebut. DuckDuckGo secara otomatis memblokir berbagai jenis pelacak yang biasa digunakan oleh situs web untuk melacak aktivitas pengguna. Ini termasuk cookie pihak ketiga, fingerprinting, dan beacon.
Di aplikasi browsernya, DuckDuckGo menyisipkan app tracking protection, fitur yang justru membantu memblokir pelacak yang mencoba melacak aktivitas pengguna di aplikasi seluler.
Alasan ideologis yang tak kalah penting, dengan memilih layanan yang menghormati privasi, kita turut serta dalam mendukung nilai-nilai privasi dan keamanan data di dunia digital.
Perjalanan DuckDuckGo
Tahun 2008, DuckDuckGo didirikan oleh Gabriel Weinberg dengan visi untuk menciptakan mesin pencari yang mengutamakan privasi pengguna. Sejak awal, DuckDuckGo berkomitmen untuk tidak melacak aktivitas pengguna. Ini menjadi pembeda utama dengan mesin pencari besar lainnya yang mengumpulkan data pengguna dalam jumlah besar.
Pada awalnya, DuckDuckGo mengalami pertumbuhan yang lambat. Namun, seiring meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya privasi data, popularitas DuckDuckGo mulai meningkat.
Seiring pertumbuhan pengguna, DuckDuckGo mengembangkan fitur-fiturnya untuk memberikan pengalaman pencarian yang lebih baik. Beberapa fitur yang ditambahkan antara lain Bang! commands, fitur yang memungkinkan pengguna untuk melakukan pencarian langsung ke situs-situs tertentu, seperti Wikipedia atau YouTube.
Lalu !bangs, sebuah sistem yang memungkinkan pengguna membuat pintasan khusus untuk mencari di situs web tertentu, dan mode gelap, fitur yang memungkinkan pengguna mengubah tampilan DuckDuckGo menjadi lebih gelap, yang lebih nyaman untuk mata.
DuckDuckGo, juga menjalin kemitraan dengan berbagai perusahaan dan organisasi untuk memperluas jangkauannya. Salah satu kemitraan yang terkenal adalah dengan Mozilla Firefox, yang menjadikan DuckDuckGo sebagai mesin pencari default pada browser mereka.
Dengan lompatan-lompatan ini, DuckDuckGo semakin mendapatkan pengakuan dari publik dan media. Banyak pengguna yang beralih ke DuckDuckGo karena keprihatinan mereka terhadap privasi data.
Selain mesin pencari, DuckDuckGo juga menawarkan produk lain seperti aplikasi browser dan ekstensi browser. Meskipun masih kalah populer dibandingkan Google, DuckDuckGo terus bersaing dan menjadi alternatif yang menarik bagi pengguna yang mencari privasi.
Pada tahun 2016, DuckDuckGo mencatatkan empat miliar pencarian, dan pada awal 2017, mereka mencatatkan rekor harian terbaru dengan melayani 14 juta pencarian dalam satu hari.
“Pengguna semakin aktif mencari cara untuk mengurangi jejak digital mereka secara online,” demikian pernyataan dari DuckDuckGo. Hal ini didukung oleh studi dari Pew Research yang menunjukkan bahwa 40 persen orang percaya mesin pencari seharusnya tidak menyimpan informasi tentang aktivitas online penggunanya.
Selain pencapaian jumlah pencarian, DuckDuckGo juga mengumumkan bahwa mereka mendukung sembilan organisasi yang bergerak di bidang privasi dan kebebasan internet selama tahun 2016. Beberapa organisasi yang menerima dukungan tersebut termasuk Freedom of the Press Foundation, OpenBSD Foundation, Tor Project, Fight for the Future, dan Riseup Labs.
Dengan pencapaian ini, DuckDuckGo semakin memperkuat posisinya sebagai pilihan utama bagi pengguna yang mengutamakan privasi dalam aktivitas pencarian online mereka.
Perjalanan DuckDuckGo dari sebuah startup kecil menjadi mesin pencari yang populer adalah sebuah kisah inspiratif. Keberhasilan DuckDuckGo menunjukkan bahwa ada pasar yang besar untuk produk-produk yang mengutamakan privasi. Dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya privasi data, DuckDuckGo diperkirakan akan terus tumbuh dan berkembang di masa depan.
Blokir Konten, Bukan Platform
Permasalahan kita adalah kebiasaan meraih hasil secara instan. Pemblokiran DuckDuckGo, dinilai keputusan yang tepat ketinbang fokus pada memblokir konten-konten spesifik yang melanggar hukum. Padahal pemblokiran ini dianggap sebagai pelanggaran terhadap hak privasi pengguna internet, karena membatasi pilihan pengguna dalam memilih mesin pencari yang mereka inginkan.
Kenyataannya, pemblokiran ini tidak efektif dalam membatasi akses ke konten yang dilarang, karena pengguna masih bisa mengakses konten tersebut melalui cara lain.
Memang, kekhawatiran akan konten negatif adalah kekhawatiran seluruh pengguna internet. Kita khawatir penyebaran konten negatif seperti pornografi, perjudian, dan radikalisme.
Artinya, kekhawatiran kita sesungguhnya adalah konten. Logika klasik manfaat pisau, saat dipegang juru masak dan penjahat, berlaku gamblang di sini.
Pemerintah, harusnya cukup meneruskan program-program seperti meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menggunakan internet dengan bijak dan bertanggung jawab, bekerjasama dengan penyedia layanan internet untuk mengembangkan solusi yang lebih efektif dalam memblokir konten negatif tanpa mengorbankan privasi pengguna.
Seperti penggunaan software filtering, AI dan machine learning, hingga DNS filtering, yaitu mengubah pengaturan DNS pada perangkat untuk memblokir akses ke situs web yang terindikasi mengandung konten negatif, bukan search engine-nya, bukan browser-nya.
Hal lain, terus melakukan langkah strategis untuk meningkatan literasi digital. Masyarakat perlu diberikan keterampilan untuk membedakan antara informasi yang benar dan salah, serta cara melindungi diri dari ancaman di dunia maya.
Pemblokiran DuckDuckGo adalah contoh kasus di mana kebijakan pemerintah berbenturan dengan hak-hak digital warganya. Untuk menemukan solusi yang lebih baik, diperlukan dialog yang konstruktif antara pemerintah, penyedia layanan internet, dan masyarakat. Butuh kesabaran, tapi lebih masuk akal. ***