Jakarta (pilar.id) – Tren kejadian Diabetes Melitus (DM) atau penyakit kencing manis kini tidak hanya menjangkit usia dewasa dan lansia, namun juga banyak ditemui pada anak usia 0-18 tahun.
Berdasarkan prevalensi per Januari 2023, dua dari 100 ribu anak usia kurang dari 18 tahun mengidap DM. Pada usia anak-anak, terdapat dua tipe DM yang kerap menyerang anak-anak yakni DM tipe-1 dan DM tipe-2.
Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr Muhammad Faizi, SpA(K) menjelaskan kejadian DM tipe-1 paling banyak mengintai anak-anak. Penanganan pada tipe-1 ini, dimulai dari injeksi insulin, pemantauan glukosa darah, kebutuhan nutrisi, aktivitas fisik dan pendidikan harus dilakukan.
“Injeksi insulin di Indonesia masih cukup rendah. Faktor terbesar yang mempengaruhinya antara lain berasal dari pasien dimana 20,9 persen menolak insulin, faktor dokter dengan takut kerumitan atau kesulitan sebanyak 11,6 persen dan faktor lingkungan terkait keterbatasan personel dan laboratorium penunjang dengan persentase 23,3 persen,” terangnya saat Media Briefing secara virtual, Selasa (1/2/2023).
Selain itu, faktor biaya juga menjadi salah satu pemicu rendahnya penanganan DM tipe-1. Di samping itu, fisik anak yang masih kecil juga menjadi salah satu hambatan untuk melakukan pemeriksaan.
“Pemantauan glukosa darah dengan stik gula darah ini idealnya dilakukan setiap hari sebelum makan utama, terus dua jam sesudah makan, dan sebelum tidur untuk mengcover gula darah akibat makan, jadi kalau makan tiga kali, suntiknya sebelum makan tiga kali, kalau meningkat extra juga ditambah,” imbuhnya.
Kemudian, kebutuhan nutrisi juga harus seimbang seperti sayuran, buah-buahan, gandum utuh, susu dan produk rendah lemak, serta daging dengan distribusi karbohidrat 45-30 persen, lemak kurang dari 35 persen, protein 15-20 persen.
“Selain itu juga harus menyesuaikan dosis insulin berdasarkan konsumsi karbohidrat. Lalu aktivitas fisik rutin minimal 60 menit per hari yang menggabungkan aktivitas aerobik, penguatan otot tiga kali per minggu, dan penguatan tulang,” bebernya.
Sementara pada manajemen pendidikan, ketika pasien pertama kali didiagnosis pemberian informasi pengetahuan dasar tentang DM tipe-1, pengaturan nutrisi, penggunaan insulin, dan pertolongan pertama pada komplikasi akut dilakukan pada fase pertama.
“Di samping itu, risiko masalah psikologis seperti masalah mental emosional, depresi, dan kesusahan orang tua juga harus diperhatikan dengan merekomendasikan psikolog juga melibatkan dukungan keluarga,” urai dia.
Sehingga, lanjutnya apabila manajemen penanganan ini bisa berjalan baik maka bisa mengoptimalkan kontrol metabolisme, mencegah komplikasi akut, komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular jangka panjang, serta meningkatkan aspek psikologis pasien dan keluarga. (riz/hdl)