Pontianak (pilar.id) – Bulan Ramadan merupakan bulan berkah bagi seluruh umat muslim di dunia.
Berkah Ramadan juga dirasakan oleh penjual tabur bunga makam yang menjual bunga serta air untuk masyarakat yang melakukan tradisi nyekar di pemakaman yang ada di Kota Pontianak.
Hal tersebut sudah menjadi tradisi umat muslim yang dilakukan setiap tahun untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Sebagian besar dari masyarakat biasanya lebih memilih untuk membeli dari pada membawa sendiri bunga dan air karena hampir di setiap Tempat Pemakaman Umum (TPU) selalu ada yang berjualan bunga.
Satu diantara penjual bunga nyekar di kawasan TPU Babussalam, Gang Merak 1, Kecamatan Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Iwan Suryadi (48) mengakui jika dirinya sudah hampir puluhan tahun berjualan bunga pada saat hari besar umat Islam.
“Sudah puluhan tahun saya berjualan disini, karena saya pun tinggal di sekitar sini, dulu masih saya dan beberapa orang lainnya yang berjualan bunga, namun seiring berjalannya waktu lalu penjual bunga disini semakin banyak dan bertambah. Alhamdulillah merasakan berkah ramadan,” ungkapnya.
Menurutnya dengan berjualan bunga tersebut ia sangat merasa membantu orang-orang yang akan berziarah, karena selama ini sebagian masyarakat lebih memilih untuk membeli daripada bawa bunga sendiri.
“Kalau selama saya jualan sih saya merasa membantu lah, lagi pula memang banyak orang yang datang tapi tidak membawa bunga, makanya saya mencoba untuk berjualan bunga,” terangnya.
Setiap orang yang datang berziarah, diakui Iwan ia selalu menawarkan bunga dan juga air ketika yang datang tidak membawa bunga.
“Kalau ndak bawa bunga saya tawarkan pas di parkiran depan, tapi kalau udah bawa bunga saya tawarkan juga, tergantung dari dia mau beli lagi atau tidak, kami disini jualan tidak pernah memaksa penziarah untuk membeli bunga ataupun melarang penziarah untuk membawa bunga dari rumah,” paparnya.
Kembali dikatakan Iwan jika bunga yang dijualnya berkisar 3 ribu rupiah, dan air 2 ribu rupiah, dan penghasilan yang di dapat sekitar 200 ribu perhari jika dalam keadaan ramai pengunjung, jika sepi biasa dirinya mendapatkan hanya 50 ribu saja.
“Saya dapat bunga tersebut dari daerah Pal, karena disana banyak yang menanam bunga, jadi saya ijin dulu sebelum meminta, dan Alhamdulillah pemilik bunga tersebut selalu memberikan ijin untuk diambil bunganya,” katanya.
Sementara itu, Aji Setia (18) yang merupakan satu diantara Tukang Tebas Rumput di kawasan tersebut mengaku, jika dirinya merasa senang jika sudah mendekati hari besar umat Islam, dikarenakan ia memiliki penghasilan sampingan untuk kebutuhan sehari-hari.
“Kalau udah jelang puase ni bang suke saye, karene bise dapat duit dari hasil nebas,” urainya dengan khas logat Melayu.
Ia lantas menawarkan jasa untuk menebas rumput yang ada di pemakaman dengan cara mendatangi orang-orang yang baru akan berziarah, lalu dirinha menawarkan jasa tersebut tanpa dilakukan pemaksaan.
“Bu pak boleh ndak saye bersihkan rumput ni, kalau ndak boleh juga ndak ape bu pak,” ucapnya jika sedang menawarkan jasanya.
Dirinya tak menentukan tarif untuk melakukan pekerjaan tersebut.
“Berape yang di kasik saye ambek bang, kadang 5 ribu kadang gak 3 ribu, saye dan kawan-kawan lainnya ndak ade netapkan harge bang,” cetusnya.
Dirinya selalu bersyukur dengan penghasilan yang di dapat, dan tak pernah malu dengan pekerjaan yang saat ini ia lakukan.
“Kalau ditanyak malu ke ndak, ye ndak malulah karne kan bukan tindak kriminal lagi pula inikan halal, saye selalu bersyukur dengan pekerjaan ini, intinya ini halal,” paparnya.
Sementara itu satu diantara peziarah, Hendra mengaku bahwa dengan adanya penjual bunga dan jasa tebas rumput membuat dirinya tidak repot lagi untuk membawa dari rumah.
“Kalau saya pribadi sih, saya lebih suka membeli bunga dan menggunakan jasa tebas rumput yang ada disini, karena hal ini juga bersifat saling tolong menolong, lagi pula mereka tidak ada memaksa untuk harus membeli,” tutupnya. (dinaprihatini)