Surabaya (pilar.id) – Pada Senin (21/02/2022) sore sejumlah wilayah di Surabaya mengalami hujan es batu dengan angin kencang, berdurasi 30 menit.
Badai angin dan hujan tersebut, mengakibatkan sejumlah pohon hingga tiang listrik, di sejumlah titik roboh, serta banjir di beberapa wilayah. Fenomena hujan es, memang bukan suatu hal yang baru dan hal kejadian tersebut merupakan kejadian alam biasa.
Pasalnya, hujan es dapat terbentuk melalui proses kondensasi uap air yang sangat dingin di atmosfer pada lapisan di atas titik beku (freezing level). Awan tinggi yang puncaknya melebihi titik beku ini, akan memiliki bagian atas yang suhunya lebih rendah dari nol derajat Celcius. Sehingga awan tersebut mempunyai peluang sangat besar memproduksi es. Es yang terbentuk dari proses ini biasanya berukuran cukup besar.
Hujan es kerap terjadi, pada masa pancaroba. Biasanya akan terjadi pembentukan awan, yang massa udara basah akan terangkat ke atas dan membentuk awan yang puncaknya melebihi freezing level dan terjadilah proses pengintian es.
Maka, bagian atas awan tersebut banyak mengandung es. Saat sudah cukup waktunya untuk hujan, maka butiran atau bahkan gumpalan es juga ikut jatuh ke permukaan bumi. Tak semua es, yang turun ke arah yang lebih rendah dengan suhu yang relatif hangat dapat mencair.
Tak hanya, itu adanya hujan es juga memiliki dampak bagi lingkungan, seperti dapat mematikan tumbuhan. Dikarenakan hujan es kerap merupakan perwujudan dari hujan asam yang berbentuk es. Asam tersebutlah yang membuat tanaman akan cepat mati.
Kedatangan hujan es, juga dapat mengakibatkan kerusakan bagi rumah atau benda yang terkena hantaman dari hujan es, karena es sendiri memiliki ukuran dan berat beragam yang dapat merusak benda yang dihantamnya.
Selain itu, dampak dari hujan es, dapat merenggut nyawa, karena hantaman yang cepat dan keras dari batu es yang jatuh dari langit. Maka dari itu, segeralah berteduh di tempat yang aman, jika terjadi hujan es batu.(jel/din)