Semarang (pilar.id) – Di laporkan hari ketiga Selasa 18 April 2023 konflik berdarah perang Sudan telah mengakibatkan sedikitnya 185 orang tewas.
Dua orang jenderal yang berkuasa saling bersaing mempereburkan kekuasaan di Sudan. Warga sipil jadi korban dengn ratusan tewas.
Pecahnya kekerasan yang tiba-tiba selama akhir pekan antara dua jenderal tertinggi negara itu, masing-masing didukung oleh puluhan ribu pejuang bersenjata berat.
Menjebak jutaan orang di rumah mereka atau di mana pun mereka dapat menemukan tempat berlindung, dengan persediaan yang menipis di banyak daerah.
Perebutan kekuasaan mengadu Jenderal Abdel Fattah al Burhan, komandan angkatan bersenjata, melawan Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, kepala Pasukan Dukungan Cepat (RSF), sebuah kelompok paramiliter.
Padahal, awalnya keduanya adalah dua jenderal yang bersahabat dan menjadi sekutu dalam menumbangkan pemerintahan Bashir di kudeta 2021.
Pertarungan dua jenderal tersebut kini memakan sedikitnya 185 orang tewas dan 1.800 lainnya terluka dalam tiga hari pertempuran antara faksi-faksi yang bersaing di Sudan.
Aljazeera melaporkan, kedua belah pihak menggunakan tank, artileri, dan senjata berat lainnya di daerah padat penduduk.
Jet tempur bergemuruh di atas kepala dan tembakan anti-pesawat menerangi langit saat kegelapan turun.
Berbicara kepada wartawan di New York melalui video, Aljazera juga menyampaikan bahwa pihak yang bertikai tidak memberikan kesan bahwa mereka menginginkan mediasi untuk perdamaian di antara mereka segera.
“Tembakan dan penembakan ada di mana-mana,” kata Awadeya Mahmoud Koko, kepala serikat pekerja ribuan penjual teh dan pekerja makanan lainnya, dari rumahnya di distrik selatan Khartoum, melansir Aljazeera.
Dia mengatakan sebuah peluru menghantam rumah tetangga pada hari Minggu, menewaskan sedikitnya tiga orang. “Kami tidak bisa membawa mereka ke rumah sakit atau mengubur mereka.”
Kekerasan itu telah meningkatkan momok perang saudara ketika orang Sudan berusaha menghidupkan kembali dorongan untuk pemerintahan sipil yang demokratis setelah puluhan tahun pemerintahan militer. (Aam)