Jakarta (pilar.id) – Demokrasi saat ini menjadi salah satu sistem pemerintahan yang banyak digunakan oleh negara-negara di dunia. Dimana, salah satu aspek penting dalam demokrasi adalah kebebasan pers.
Apalagi, pers juga disebut sebagai pilar keempat demokrasi sebagai watchdog. Namun, ironisnya, selama 20 tahun terakhir, menurut catatan dari Organisasi pemantau kebebasan pers, Reporters Without Borders (RSF), hampir 1.700 jurnalis terbunuh di seluruh dunia.
“Secara mengejutkan, sebanyak 1.668 jurnalis terbunuh di seluruh dunia sehubungan dengan pekerjaan mereka dalam dua dekade terakhir (2003-2022),” kata RSF dalam pernyataan yang dirilis pada Jumat (30/12/2022).
Berdasarkan angka tersebut, rata-rata setiap tahun ada lebih dari 80 wartawan yang tewas.
“Jumlah tahunan kematian memuncak pada 2012 dan 2013, saat masing-masing 144 dan 142 wartawan tewas,” kata RSF.
Lonjakan itu sebagian besar dipicu perang di Suriah. RSF menyebutkan bahwa 80 persen kematian yang tercatat antara 2003 dan 2022 terjadi di 15 negara.
Yang paling berbahaya, kata organisasi internasional nonpemerintah itu, adalah Irak dan Suriah. Di dua negara tersebut, tercatat total 578 jurnalis kehilangan nyawa.
Negara-negara paling rawan berikutnya adalah Afghanistan, Yaman, Palestina, dan Somalia. Di Eropa, Rusia masih menjadi negara paling mematikan bagi jurnalis, kata RSF.
Lembaga pengawas independen tersebut menunjukkan bahwa, selama dua dekade terakhir, lebih banyak jurnalis yang terbunuh di zona damai daripada di zona perang.
Sebagian besar kematian dialami jurnalis yang menyelidiki kejahatan terorganisasi dan korupsi, kata RSF. (fat)