Jakarta (pilar.id) – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) menjalin kerja sama dengan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah untuk meningkatkan penetrasi keuangan syariah di Indonesia. Direktur Utama BSI Hery Gunardi menyampaikan, kerja sama ini juga bertujuan untuk membantu pelaku komunitas usaha mikro kecil dan menengah UMKM yang ada di bawah naungan PP Muhammadiyah agar bisa naik kelas (up scale).
“Kami berharap sinergi dengan PP Muhammadiyah ini akan terus berlanjut sehingga peran BSI dapat memberikan manfaat seluas-luasnya bagi kebangkitan umat melalui optimalisasi implementasi ekonomi keumatan yakni ekonomi syariah,” ujar Hery, di Jakarta, Kamis (11/8/2022).
Beberapa poin kerja sama antara BSI dan PP Muhammadiyah antara lain, pelayanan cash management mencakup solusi pengelolaan likuiditas (liquidity solution) dan solusi penerimaan/tagihan (receivable solution). Selain itu, solusi pembayaran/pengeluaran (payable solution), solusi digitalisasi transaksi termasuk layanan virtual account yang memudahkan, dan layanan zakat, infak, sedekah, serta wakaf (ziswaf).
BSI dan Muhammadiyah, lanjut Hery, juga berkolaborasi dalam pengembangan kemandirian umat. Pengembangan tersebut dilakukan melalui pelatihan, workshop ekonomi berbasis syariah, pembangunan masjid, serta kegiatan sosial lainnya.
Saat ini, BSI telah menyalurkan pembiayaan untuk segmen UMKM mencapai Rp40,8 triliun secara nasional dengan kualitas pembiayaan yang sangat baik. Nilai tersebut sekitar 23,05% dari total portofolio pembiayaan BSI.
Sementara itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan, kerja sama ini akan membuat roda perekonomian umat berjalan lebih progresif. Setidaknya ada dua hal yang menjadi perhatian Haidar, pertama adalah bagaimana Muhammadiyah dan BSI bisa meningkatkan dan mempercepat kekuatan ekonomi umat.
“Ke depan harus ada langkah yang lebih progresif, usaha makin produktif, dan memberi manfaat bagi umat dan bangsa,” sambung dia.
Kedua, lanjut Haidar, BSI harus bisa memanfaatkan potensi besar umat muslim agar bisa meningkatkan kesejahteraan mereka. Menurutnya, saat ini umat Islam di Indonesia masih menjadi konsumen dan belum menjadi pelaku kegiatan ekonomi.
“Kita harus bisa mengangkat dari saudara menjadi saudagar,” tutup Haidar. (ach/hdl)