Jakarta (pilar.id) – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, subsidi bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite sebesar Rp93,5 triliun tidak tepat sasaran. Sri Mulyani menjelaskan, sebanyak 86 persen dari anggaran subsidi tersebut dikonsumsi oleh rumah tangga mampu, bahkan mereka sangat kaya.
“60 persennya, jadi hampir Rp60 triliun sendiri dari Rp93,5 triliun tadi,” kata Sri Mulyani, di Jakarta, Sabtu (27/8/2022).
Sedangkan, masyarakat miskin hanya kebagian 20 persennya. Ini menandakan, subsidi sebesar Rp502,4 trilun yang digelontorkan oleh pemerintah mayoritas dinikmati oleh masyarakat paling mampu.
“Masyarakat miskin yang menggunakan untuk motor dan lain-lain, yang mengonsumsi pertalite, dia hanya mengonsumsi 20 persennya,” kata Sri Mulyani.
Untuk solar, 89 persen dari kuota sebesar 15 juta kilo liter dinikmati oleh dunia usaha. Dan hanya 11 persen dinikmati oleh rumah tangga, 95 persen di antaranya merupakan rumah tangga mampu.
Hanya 0,1 juta kilo liter yang dinikmati oleh mereka yang betul-betul memang memiliki tingkat ekonomi yang tidak mampu. “Yaitu 40 persen terbawah dari rumah tangga di Indonesia yang berpendapatan paling bawah,” kata Sri Mulyani.
Dengan demikian, Sri Mulyani menjelaskan subsidi solar yang sebesar Rp149 triliun itu, 95 persennya dinikmati rumah tangga mampu. Sedangkan rumah tangga tidak mampu, hanya sebesar 5 persen saja.
“Selebihnya dunia usaha dan rumah tangga yang mampu,” kata dia.
Sri Mulyani menambahkan, anggaran subsidi sebesar Rp502,4 triliun bisa untuk membangun 3.333 rumah sakit skala menengah, 3.501 KM ruas tol. Kemudian dengan asumsi biaya Rp2,19 miliar per sekolah, maka anggaran subsidi tersebut dapat membangun 227.886 sekolah dasar.
“Atau kalau kita konsen masalah kesehatan ini, 41.666 puskesmas yang bisa kita bangun di seluruh pelosok Tanah Air,” kata dia. (ach/hdl)