Surabaya (pilar.id) – Kota tua Surabaya memiliki banyak cerita di setiap sisinya. Tak kecuali di bidang industri kala masa kolonial. Salah satunya, industri pabrik sirup pertama di Indonesia yang ternyata ada di Surabaya, bernama Pabrik Siropen Surabaya.
Bangunan yang berdiri di Jalan Meliwis No 5, Krembangan Tengah, Surabaya, ini identik dengan arsitektur Belanda yang berdiri kokoh oleh dua pilar, serta jendela kuno khas Belanda. Meski kondisi lantai yang sudah usang dan pecah-pecah tetap dipertahankan sampai hari ini, demi tetap menghadirkan kesan heritage.
Desain interior ruangan utama bernuansa ala kafe dengan mengusung tema Heritage. Ditempatkannya beberapa lemari berisikan botol yang dulunya pernah diproduksi. Terpajang brankaskas tua peninggalan Belanda menambah aksen vintage.
Keberadaan sejarah pabrik sirup ini umumnya hanya diketahui oleh warga asli Surabaya atau pegiat sejarah. Seperti yang disampaikan oleh Dewi Wulandari selaku RND (Research and Development) pabrik Siropen. Ia mengatakan jika pabrik sirup ini, tak hanya pertama di Surabaya, namun di Indonesia
“Ini pabrik yang memproduksi sirup pertama di Indonesia, bukan pertama di Surabaya saja. Tetapi orang-orang yang paham sejarah saja yang tahu kalau ini pabrik pembuat sirup pertama di Indonesia,” jelas perempuan 27 tahun itu.
Berdasar keterangan Dewi, rumah produksi ini telah berdiri sejak tahun 1923 dengan nama Pabrik Limoen J.C Van Drongelen & Hellfach yang diambil dari nama dua orang pendirinya berkebangsaan Belanda. Kata Limoen berarti minuman manis atau sirup yang siap diminum. Namun sekarang menjadi pabrik sirup telasih.
Kini pabrik yang telah bertahan puluhan tahun tersebut, sah dijadikan Cagar Budaya oleh Pemerintah Kota Surabaya. Saat ini pabrik sirup Siropen hanya memproduksi sirup Siropen dengan berbagai macam varian, diantarannya Siropen Telasih, Siropen Garmet dan Siropen Premium.
Nama Siropen sendiri berasal dari bahasa Belanda yang berarti cairan kental yang manis atau sirup, hal itulah yang menjadi cikal bakal penyebutan sirup di Indonesia.
Dewi menceritakan, sejak berdirinya pabrik tersebut, telah berganti tangan kepemilikan sebanyak tiga kali dari Belanda ke Jepang.
“Pada tanggal 14 Agustus 1945, Belanda mengambil alih kepemilikan. Setelah proses yang cukup lama, tepat pada tahun 1950 seluruh bangunan asing menjadi milik Negara Republik Indonesia tak terkecuali pabrik sirup ini,” jabarnya.
Tak seperti pabrik lain yang mayoritas produksinya memakai sudah mesin. Namun di pabrik ini, pengelolaan sirup masih terbilang tradisional, salah satunya saat penutupan botol sirup masih menggunakan uap air sebagai proses perekatnya.
Pabrik sirup Siropen beroperasi dari senin sampai jumat pukul 08.00 sampai 17.00 WIB dan sabtu pukul 08.00 sampai 12.00 WIB. Serta libur di hari minggu dan hari libur Nasional.
Semakin banyaknya produk sirup saat ini membuat Dewi Wulandari memilki harapan tersendiri untuk kemajuan pabrik legenda ini
“Harapan saya sendiri inginnya masyarakat tahu, kalau sirup Siropen itu sirup pertama di Indonesia, serta pengelolaannya yang masih tradisional, tidak pakai mesin, dan tak ada campuran pengawet sedikitpun. Kita juga ingin produk sirup kita terkenal seperti produk sirup-sirup lain,” tutup Dewi. (jel/hdl)