Jakarta (pilar.id) – Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, butuh waktu 135 tahun untuk bisa mewujudkan kesetaraan gender di seluruh dunia. Meski begitu, indeks pembangunan dan pemberdayaan gender di Indonesia menunjukkan arah perbaikan.
Namun, gender gap masih terlalu besar. “Terutama pada tingkat kepemimpinan perempuan baik di sektor swasta, sektor publik, dan sektor keuangan,” ujar Sri Mulyani, di Jakarta, Kamis (21/4/2022).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021 menunjukkan, indeks pembangunan gender di Indonesia sebesar 91,27, dan indeks pemberdayaan gender sebesar 76,26. Angka yang mendekati 100, artinya kesenjangan semakin kecil.
Di pemerintahan, kata Sri Mulyani, saat ini hanya terdapat 6 menteri perempuan dari 40 menteri di Kabinet Indonesia Maju. Angka tersebut hanya 15 persen, dan lebih rendah dari indeks yang dikeluarkan oleh The International Labour Organization (ILO).
Padahal, berdasarkan data ILO tahun 2019 menunjukkan, perempuan Indonesia menduduki 30 persen dalam tingkat manager di sektor publik dan swasta. Apabila dibandingkan dengan negara-negara tetangga di ASEAN, angka ini lebih rendah bila dibandingkan Laos, Filiphina, Brunei Darusalam, Singapura, dan Thailand.
“Meski demikian, angka kita lebih tinggi memang dari Vietnam dan Malaysia,” kata Sri Mulyani.
Berdasarkan laporan global yang dirilis World Economic Forum tahun 2021, Indonesia memiliki gender gap sebesar 0,688. Gender gap Indonesia memang sedikit lebih baik dibanding indeks dunia yang sebesar 0,677.
Kendati demikian, Indonesia masih memiliki banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Pasalnya, indeks 0 (nol) menunjukkan bahwa hak laki-laki dan perempuan sangat timpang. Sedangkan bila indeksnya angka 1, maka hak antara laki-laki dan perempuan adalah balance atau terjadi kesetaraan yang sempurna.
“Kita masih punya PR bagaimana kita meningkatkan inklusivitas dengan memberikan dan memberdayakan perempuan baik di bidang pendidikan, kesehatan, sosial, dan paling penting di bidang ekonomi dan politik,” kata Sri Mulyani.
Lebih jauh, Sri Mulyani mengungkapkan jumlah pekerja perempuan di sektor keuangan sendiri hanya 39,5 persen. Sedangkan porsi pekerja perempuan di sektor keuangan yang memiliki keahlian hanya 12 persen.
“Angka itu jauh dari pekerja laki-laki yang bekerja di sektor keuangan dan memiliki keahlian, yaitu 28 persen,” kata Sri Mulyani. (ach/fat)