Jakarta (pilar.id) – Hasil survei terbaru dari New Indonesia Research & Consulting menunjukkan bahwa tingkat kepuasan terhadap Presiden Joko Widodo mencapai puncak tertinggi sejak tahun 2020. Sebanyak 82,3 persen responden menyatakan puas dengan kepemimpinan Presiden Jokowi, mengalami peningkatan sepanjang tahun 2023.
Dari mereka yang merasa puas, sebanyak 9,8 persen bahkan mengaku sangat puas. Hanya 15,8 persen yang menyatakan tidak puas, dengan 1,0 persen di antaranya merasa tidak puas sama sekali. Sementara itu, 1,9 persen tidak tahu atau tidak menjawab.
Andreas Nuryono, Direktur Eksekutif New Indonesia Research & Consulting, mengungkapkan bahwa tingginya tingkat kepuasan ini mengindikasikan harapan publik terhadap keberlanjutan pasca-Jokowi.
“Hal ini terjadi menjelang Pemilu 2024, di mana publik dapat memilih pemimpin nasional selanjutnya dengan melihat rekam jejak dan program yang ditawarkan oleh masing-masing kandidat,” jelas Andreas.
Disampaikan, survei ini dilakukan pada 25-30 November 2023 terhadap 1200 responden yang mewakili seluruh provinsi. Metode survei menggunakan multistage random sampling, dengan margin of error kurang lebih 2,89 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Menjelang pemilu, debat antar calon pemimpin nasional akan menjadi sarana penting untuk memahami visi-misi dan program calon presiden dan calon wakil presiden. Namun, Andreas menekankan bahwa wacana keberlanjutan telah menjadi arus utama dalam Pemilu 2024, dengan hampir semua pasangan calon dan koalisi pendukungnya memiliki unsur pemerintahan.
Salah satu pengecualian adalah Anies Baswedan yang mengusung gagasan perubahan. Meskipun demikian, Andreas menyoroti bahwa narasi perubahan menjadi minoritas di tengah dominannya wacana keberlanjutan.
Pasangan Prabowo-Gibran dianggap sebagai kekuatan politik yang menjanjikan keberlanjutan program-program Jokowi. Kehadiran Gibran dianggap memperkuat komitmen keberlanjutan oleh pasangan nomor urut dua tersebut. Pasangan ini juga didukung oleh partai-partai yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM), yang sebagian besar berasal dari unsur pemerintah.
Sementara itu, pasangan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD mengalami posisi dilematis. Meskipun sebelumnya mendapat dukungan dari Jokowi, kini mereka bersitegang dan sering kali menyerang kubu Jokowi dan Prabowo-Gibran. Situasi berubah setelah batalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U20, yang memicu perpecahan antara Jokowi dan PDI Perjuangan. (hdl)