Kediri (pilar.id) – Aliansi Komunitas Sungai Brantas (AKSI Brantas) pada Sabtu (18/2023) melakukan kegiatan pemantauan kualitas di aliran Sungai Ngasinan.
Kegiatan ini, mereka lakukan tepat di hulu Sungai Ngasinan yang berasal dari Sumber Ngasinan, Desa Rejomulyo, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri.
Hasilnya, AKSI Brantas menyatakan bahwa kualitas air di Sungai Ngasinan sudah mulai tercemar mikroplastik. Hasil ini, mereka dapatkan melalui identifikasi kandungan mikropasltik pada sampel air yang diambil dari Sungai Ngasinan.
Atas kondisi tersebut, AKSI Brantas memberi masukan kepada pemerintah terutama Pemerintah Kota Kediri agar memperbanyak Kawasan Bebas Sampah dengan model Zero Waste Cities.
Langkah ini, akan bermanfaat menekan penanganan sampah sejak dari sumber atau rumah tangga. Sehingga, sampah plastik nantinya tidak akan mencemari air sungai akibat tindak pembuangan sampah plastik ke sungai maupun sekitar sungai.
Salah satu anggota Zero Waste Ecoton yang juga menjadi bagian dari AKSI Brantas, Tonis Afrianto, menyebutkan bahwa kegiatan tersebut dikuti oleh 50 peserta yang terdiri dari 16 komunitas peduli lingkungan.
Selain itu dalam acara tersebut, terdapat 3 kegiatan yang dilakukan, diantaranya Biotilik dan Penilaian Habitat Reparian yang bertujuan memantau kesehatan sungai dengan menggunakan indikator biota sungai, seperti serangga air dan kondisi bantaran, tanaman dan pohon yang berada di lokasi.
“Lalu ada pemantauan kualitas air fisika kimia dan analisis Mikroplastik yang bertujuan mengukur parameter air dengan parameter (Nitrat, Nitrit, PH, TDS, Suhu dan DO) dan juga identifikasi mikroplastik dari sampel,” jelasnya.
Selanjutnya ada brand audit sampah plastik, yang bertujuan mengetahui karakteristik sampah dan merek sampah yang mencemari sumber ngasinan.
Sementara itu, Brian Pramana sebagai koordinator komunitas Trash Control Community (TCC) mengatakan, bila kegiatan ini sangat mengedukasi,
“Ini pertama kalinya saya melakukan brand audit dengan menggunakan metode Bardcode Scan yang kita tidak perlu mencatat manual tetapi bisa langsung scaning dan hasilnya akan otomatis masuk di data base yang sudah di sediakan,” ungkapnya.
Selain itu, dalam brand audit sampah yang berhasil dikumpulkan sebanyak 382 pieces didapati hasil sebagai berikut, yaitu Wings sebanyak 48 persen, Unilever 11 persen, P&G 6 persen, Garuda Food 4 persen, Richeese 3 persen.
Selanjutnya, Orang Tua 3 persen, Indofood 2 persen, Unicharm 2 persen, Kaldu Sari Nabati 2 persen, Mayora 2 persen dan lain-lainnya 17 persen.
“Dalam kegiatan brand audit, Wings Group masih menjadi top polluters, brand yang paling banyak ditemukan di lokasi sumber ngasinan dan semuanya adalah sampah sachet yang wilayahnya diduga belum mendapat pelayanan persampahan dari pemerintah,” ucapnya.
Adanya kegiatan ini, Tonis berharap agar pemerintah memperluas layanan tata kelola sampah hingga ke desa dan memperbanyak TPS 3R di setiap desa, dengan dukungan sarana dan prasarana persampahan yang memadai.
“Hal itu bisa menjadi solusi pengelolaan sampah secara mandiri di skala desa, agar sampah terkelola dengan baik dan benar sehingga tidak bocor dan mencemari sungai,” pungkasnya. (jel/fat)