Semarang (pilar.id) – Sejak sore, ratusan warga memadati Alun-alun Masjid Agung Kauman, Semarang. Hujan ringan yang turun sejak siang tak membuat surut warga untuk datang.
Deretan penjual mainan dan makanan hingga makanan berderet mulai di depan Masjid Agung Kaumanhingga ujung alun-alun.
Pasar malam di kawasan Masjid Agung Semarang adalah bagian dari rangkaian tradisi ‘dugderan’, sebuah tradisi masyarakat Semarang menyambut bulan Ramadan. Menurut catatan, tradisi ini telah dimulai pada 1881 saat Semarang dipimpin oleh Bupati RMTA Purbaningrat.
Tradisi dugderan sendiri merupakan penanda kesepatakan masyarakat dalam menentukan awal Ramadan dengan menabuh bedug di Masjid Agung Kauman.
Pasar malam dugderan, memiliki ciri khas yang membedakan dengan pasar malam lainnya dengan hadirnya kembali permainan anak-anak berupa celengan berbahan gerabah.
Meski demikian, pengaruh budaya modern terlalu kuat. Mainan berbahan gerabah juga ditawarkan dalam bentuk tokoh-tokoh kartun masa kini. Maka celengan semar, ayam jago, cobek dan teko mini bisa bersanding dengan celengan berbentuk spongebob, doraemoan dan spiderman. (muk/hdl)