Trenggalek (pilar.id) – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa baru saja meninjau kawasan Hutan Mangrove yang ada di Cengkrong, Kabupaten Trenggalek, Jumat (17/2/2023) kemarin.
Kunjungan tersebut, dilakukan oleh Gubernur Khofifah menyambut gelaran Festival Mangrove keempat yang akan berlangsung di salah satu pesisir Kabupaten Trenggalek, Maret 2023 mendatang.
Selain meninjau kondisi Hutan Mangrove Cengkrong, Gubernur Khofifah juga memberikan dorongan agar hilirisasi produk UMKM yang berbahan dasar mangrove bisa dimaksimalkan oleh Pemkab Trenggalek.
Apalagi, produk mangrove yang dibuat oleh UMKM Kabupaten Trenggalek juga sempat tampil di pameran produk UMKM saat gelaran G20 tahun 2022 lalu di Provinisi Bali.
Produk tersebut adalah batik dimana, bahan pewarna yang digunakan untuk membuat batik tersebut juga berasal dari pohon mangrove.
“Sisi pemberdayaan masyarakat terutama yang bisa meningkatkan derajat ekonomi dan kesejahteraan masyarakat terus dikembangkan. Di Cengkrong ini hilirisasinya sudah tumbuh seperti sirup dan kue. Belum lagi budidaya kepiting yang timbuh bagus di area mangrove,” terang Gubernur Khofifah di Trenggalek, Jumat (17/2/2023).
Lebih lanjut, Gubernur Khofifah menjelaskan bahwa dari sisi ekonomi, keberadaan Hutan Mangrove juga telah bisa dirasakan oleh masyarakat. Sehingga, penting untuk bisa terus dikembangkan.
Di sisi lain, hilirisasi produk mangrove yang ada di Kabupaten Trenggalek juga dinilai oleh Gubernur Khofifah telah berkembang dengan positif dan menghasilkan berbagai produk yang variatif.
Rencana gelaran Festival Mangrove keempat ini, juga mendapatkan sambutan positif dari Gubernur Khofifah.
“Jadi kalau festival mangrove ya, menanam mangrove ya, menyemai benih terutama kepiting, ikan dan kemudian hilirisasi dari produk mangrove,” ujarnya.
Terkait dengan ekologi, Gubernur Khofifah melihat bahwa hal itu akan terbangun dengan sendirinya. Sebab, berbicara ekosistem, maka ada daya dukung alam dan daya dukung lingkungan. Hal itu berkaitan dengan mangrove dan ekosistem mangrove.
“Jadi, sering kali saya sampaikan kalau saya nandur mangrove itu adalah bagian dari sedekah oksigen. Ayo nandur mangrove semoga menjadi amal kebaikan kita semus,” tuturnya.
Disebutkan Gubernur Khofifah, saat ini luasan mangrove di Jawa Timur mencapai 1.821 hektar. Per hektar kira-kira 3.300 pohon. Jadi kira-kira sudah ada 7 juta lebih pohon mangrove di Jawa Timur dan itu setara dengan 48 persen hutan mangrove se-Pulau Jawa.
“Jadi bagi kita ada festival mangrove atau tidak, kita tetap nandur mangrove. Ayo bersama-sama kita nandur mangrove,” ajaknya.
Gubernur Khofifah juga menjelaskan bahwa setiap bulan, pihaknya secara rutin terus melakukan kegiatan penanaman mangrove di berbagai tempat di Jawa Timur. Langkah ini, menurut Gubernur Khofifah dilakukan dalam rangka mendukung program net zero emisi (NZE) yang telah dicanangkan Pemerintah Indonesia tahun 2026 mendatang.
“Karena kita merasa bahwa penanaman dan pemeliharaan sudah kita lakukan dengan sinergitas yang cukup bagus maka kita memulai festival mangrove untuk mengukur sinergitas dan produktifitas kita di sektor mangrove,” tuturnya.
Menurutnya, nandur mangrove juga berseiring dalam mewujudkan green economy dan blue economy. Terciptanya blue economy, menurut Gubernur Khofifah penting dilakukan agar tercipta pembangunan harus ramah lingkungan dan tidak menimbulkan limbah.
“Ini adalah ekosistem tata ruang laut yang rangkaian prototype-nya di coba di Kawasan Pantai Mutiara, Pantai Prigi dan area Trenggalek sekaligus menjadi salah satu referensi bagaimana tata ruang biota laut dilakukan oleh Pemprov Jatim bersama Pemkab Trenggalek serta Pokmas kelautan setempat,” pungkasnya.
Adapun Pemprov Jatim memberikan bantuan tracking mangrove di 5 kabupaten/kota antara lain Kabupaten Trenggalek Pokmaswas kejung samudra, Kota Probolinggo pilang lestari, Kabupaten Sumenep Reng Peseser, Kabupaten Banyuwangi Baret dan Kabupaten Pasuruan Alfa Mina Lestari. (fat)