Magetan (pilar.id) – Ternyata tidak hanya Ngawi. Kabupaten Magetan diperkirakan bakal menghadapi potensi banjir bandang akibat musim hujan yang datang setelah terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Gunung Lawu. Terutama, wilayah Kecamatan Panekan yang mengalami kerusakan hutan sejak Minggu (1/10/2023) lalu.
Wiyono, seorang Pemerhati Lingkungan dan Sumber Daya Air yang juga pengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Bhakti Husada Mulia Madiun, memperingatkan mengenai potensi ancaman banjir bandang ini. Ia menyoroti kerusakan hutan yang signifikan sebagai penyebabnya.
“Dengan minimnya tegakan pohon di lereng gunung akibat karhutla, aliran air hujan menjadi tidak bisa terkendali. Akibatnya, air hujan tidak dapat meresap atau terjadi infiltrasi. Ini juga berpotensi mengurangi debit mata air yang merupakan sumber air tanah kita,” ungkap Wiyono, seperti ditulis beritajatim.com, Minggu (8/10/2023).
Wiyono menjelaskan bahwa banjir bandang memiliki potensi untuk terjadi terutama di awal musim penghujan, terutama jika curah hujan awal musim tersebut tinggi. “Kondisi serupa terjadi pada tahun 1997, 2008, dan 2015 di wilayah Poncol, Plaosan, dan Panekan,” tambahnya.
Selain itu, dampak jangka panjang dari banjir bandang ini dapat memengaruhi penurunan potensi aquifer air tanah dalam atau yang biasa disebut sumur dalam. Ini karena penurunan infiltrasi air hujan ke dalam lapisan kedap air yang terletak 2-4 meter di bawah permukaan tanah, pada kedalaman lebih dari 50 meter.
Penjelasan Wiyono ini juga dibenarkan oleh penduduk Desa Ngiliran di Kecamatan Panekan, Kabupaten Magetan. Seperti diakui Suwarno, warga setempat, merasa waswas jika mengingat peristiwa tahun 1997.
“Ada rumah warga yang berdekatan dengan saluran air yang terkena dampak banjir bandang saat itu. Ini terjadi setelah kebakaran hutan seperti sekarang. Dampaknya akan dirasakan saat musim hujan tiba. Apalagi tahun ini kebakarannya sangat besar,” ujar Suwarno. (ted)